Musim Kemarau, Kebakaran Mengancam tapi Debit Air Hidran Minim

Kebakaran Pasar Sederhana, Kota Bandung, Jumat (5/10/2018) malam. (Foto: Istimewa)

Bandung – Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) mengakui datangnya musim kemarau panjang mempengaruhi jumlah air baku termasuk debit air hidran di Kota Bandung.

Kepala Diskar PB Kota Bandung, Ferdi Ligaswara mengatakan memasuki musim kemarau yang panjang efek dari cuaca, tanpa sadar, jumlah debit air di beberapa titik di Kota Bandung juga minim.

“Karena senjata kami adalah air. Pada saat musim kemarau hidrant kami terbatas. Tidak berfungsi maksimal, debit air tidak keluar,” ujar Ferdi, di Kota Bandung, Selasa (9/10/2018).

Ferdi mengatakan, karena musim kemarau, proses pencarian air untuk pemadaman akan lebih sulit ketimbang musim biasanya. Menurutnya, pengambilan air di sekitar 200 titik yang tersebar di Kota Bandung kini yang berfungsi hanya beberapa hidran.

“Seharusnya untuk membantu kami di semua kawasan menyediakan hidran agar bisa kami gunakan untuk pelayanan. Selain itu bisa berfungsi,” ujar Ferdi.

Padahal belum lama ini, terjadi dua kebakaran pasar di Kota Bandung, yaitu kebakaran di Pasar Gedebage dan Pasar Sederhana.

Dua kebakaran besar itu belum termasuk beberapa kebakaran lainnya mulai dari skala kecil hingga besar.

Bahkan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung, mencatat pada September 2018 saja, terjadi kebakaran sebanyak 34 kali.

Seperti dikutip tribunjabar.id, Ferdi menuturkan sangat miris serta khawatir apabila terjadi kebakaran dalam skala besar bisa menghambat penanganan petugas di lapangan karena api hitungannya per detik kian cepat membesar.

“Kalau kami mengambil di titik lain bisa menghambat kami dalam penanggulangan,” katanya.

Sementara itu, berdasarkan data pemerintah kota (Pemkot) Bandung yang diperbarui tahun 2014, di Kota Bandung ada sekitar 24 hidrant yang berfungsi.***