Masih Stagnan, Pengadaian Optimis Capai Target Rp 150 Miliar

KILASBANDUNGNEWS.COM – Kendati dua bulan ini pertumbuhan ekonomi dirasa masih stagnan, namun Pegadaian Cabang Pungkur Kota Bandung mengaku optimis target realisasi 18% dari tahun lalu atau Rp 150 miliar tahun ini akan tercapai. Pasalnya tahun lalu saja dari target Rp 120 miliar mampu melebihi target hingga Rp 140 miliar.

Disampaikan Kepala Cabang Pungkur Didi Susilo, perkembangan harga emas di tahun 2023 itu diangka Rp 1 juta per gram baik itu tabungan emas atau emas batangan logam mulia. Dan sampai Februari ini memang diprediksi oleh pemerintah harga emas naik sementara pertumbuhan ekonomi masih stagnan.

“Untuk yang menggadai emas inline atau sebanding dengan pertumbuhan ekonomi, apabila melambat permintaan masyarakat akan investasi emas juga akan melambat dan dirasakan sekarang ini pertumbuhan ekonomi agak melambat bisnis lesu sehingga perkembangan masih stag masih belum menunjukan kenaikan yang signifikan. Januari Febuari ini masih biasa biasa,” ujar Didi ditemu di ruang kerjanya, Senin (27/2/2023).

Pihaknya sendiri diakui Didi masih membuat perencanaan strategi di tahun 2023 dan baru berjalan Januari Febuari ini. Tetapi kata Didi, untuk kebutuhan konsumtif masyarakat yang mengadaikan barangnya ada peningkatan dibanding untuk kebutuhan produktif.

“Terkait dengan investasi belum begitu ada peningkatan atau se rame di akhir tahun kemarin. Cenderung untuk investasi kecilan kecilan dan konsumtif. Investasi besar masih melambat,” ucapnya lagi.

Akan tetapi Didi menegaskan kemungkinan besar di bulan Maret jelang puasa ramadan dan lebaran terjadi peningkatan investasi. Terutama menyambut Idul Fitri.

“Mungkin para pengusaha atau pedagang masih membuat strategi juga untuk mengantisipasi bulan ramadan dan Idul Fitri dan melihat permintaan masyarakat juga apakah ada yang perlu tambahan investasi juga buat dia,” tuturnya.

Di cabang Pungkur lanjutnya, masyarakat yang mengadaikan barangnya itu lebih banyak dipakai usaha yang produktif daripada konsumtif atau mengadaikan untuk kebutuhan sehari hari untuk makan minum.

Pinjaman di cabang Pungkur ini kata Didi, lebih banyak yang besar-besar atau rata-rata diatas Rp 5 juta sedang untuk konsumtif dikisaran Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta.

Disinggung apakah barang yang digadai lebih banyak ditebus atau dilelang. Didi mengaku banyak di tebus.

“Alhamdulilah jumlah barang jaminan di lelang sangat kecil dibandingkan jumlah kredit yang masuk 0,02% rata-rata. NPL non gadai dibawah 1 digit artinya pengelolaan NPL,” pungkasnya.

Masih kata Didi, saat lelang barang nasabah atau kesulitan likuiditas dan tidak bisa membayar terlebih dulu pihaknya menghubungi si nasabah. Jika terpaksa dilelang maka harga lelang sesuai taksiran waktu mengadai sehingga jika terjual harga barang sudah menutup uang pinjaman pokok ditambah kewajiban, uang bunga plus biaya lelang.

“Ada lebih spes penjulan sesuai sistem yang ada atau ada kelebihan maka uang akan dikembalikan ke pemilik,” tandasnya.

Didi pun mengakui terkadang ada salah tafsir terkait barang yang digadaikan contohnya bukan emas atau gedget dan kesalahan itu menjadi tanggung jawab pegadain. Oleh karenanya pegadaian harus hati-hati, profesional dalam menetapkan pinjaman.

Sebagai informasi Pegadaian cabang Pungkur tersebut membawahi pegadaian cabang Jamika, BIP mal, BTC mal, Astana Anyar, Holis, Cigereleng, dan Pasirkoja. (Evy)