Ledia: Bonus Demografi, Bekali Anak Muda Hal Positif

KILASBANDUNGNEWS.COM – Indonesia memiliki bonus demografi dimana di tahun-tahun kedepan penduduk Indonesia didominasi usia produktif. Namun bisa menjadi disaster atau bencana jika salah membekali.

Menanggapi itu, anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifah Amaliah menghimbau semua pihak harus mulai membekali pendidikan, membekali keterampilan, dan membekali pengetahuan mereka bahwa pengembangan pengetahuan itu menjadi hal sangat penting yang mungkin tidak didapet di sekolah atau kampus nya.

“Kegiatan ini kerjasama kementrian pemuda dan olah raga dengan komisi X DPR RI. Kita lihat bahwa anak-anak muda ini kan selalu dibangga-banggakan negara bahwa mereka adalah bonus demografi tapi kalau bonus demografi tidak dibekali maka bisa jadi diseaster musibah demografi, kita kan tidak mau itu terjadi karenanya tidak ada pilihan lain kecuali membekali,” jelas Ledia usai menjadi pembicara pada acara ‘Pemberdayaan pemuda untuk mengoptimalkan potensi kemandirian pemuda dalam membuat konten narasi digital’ di Dago, Sabtu (21/10/2023).

Karenanya kata dia, perlu mendorong terus anak muda agar mulai melek literasi financial, publik speaking dan sebagainya. Mereka harus mulai menata kedepan akan seperti apa, bukan tidak mungkin diantara mereka ada yang sudah mulai atau akan berusaha.

Financial sekarang ini banyak resiko kendati mudah syarat pencairannya seperti bisa pinjaman online atau pay later (bayar nanti,red).

“Tadi udah kasih tahu rambu-rambu usaha gimana, konten positif gimana, bisa dapat selain kuliah, bagainana komunikasi. Makanya tadi ada juga metari publik speaking, literasi financial, dan terkait digital” jelasnya seraya menyebutkan peserta acara sebanyak 50 orang merupakan penerima KIP kuliah.

Ledia berharap satu dari sekian banyak hal yang bisa mereka lakukan agar jangan melulu soal kuliah tapi harus ada nilai tambah atau skill.

Pelatihan itu sendiri bersifat serial, dimana anak-anak itu nanti memiliki kesempatan berkomunikasi dengan nara sumber dan mendapat tambahan apa saja yang dibutuhkan.
Bisa juga nanti mereka membuat konten positif sehingga termotivasi berbuat lebih baik.

“Sekarang cukup banyak orang menganggap pinjaman itu bukan karena kebutuhan melainkan karena lifestyle dimana belanja fatal dengan pay later tidak sadar itu hutang, tidak punya uang jangan pengen ini itu, nah ini harus ditanamkan,” gerutu Ledia.

“Debtcollector sekarang itu sadis karena mereka membuka identitas personal di medsos. Ini terjadi bukan hanya di Indonesia, privasi hilang, cemas, dan terjadi pembullyan di medsos. Atau ada identitas anak dipinjam keluarga jadi yang diitagih dia, orang dewasa tidak benar itu meski sodara sendiri, makanya mereka harus bersikap bisa menolak kalau tidak baik jangan diikuti mesti dewasa,” imbuhnya.

Ledia juga mengingatkan kepada orang tua agar saat ada pencairan uang saku dari KIP untuk anak sekolah bukan untuk keluarga.

“Kecuali anak mau bantu tapi tidak semua, kan anak juga butuh ongkos jangan sampai tidak kuliah karena gak ada ongkos. Ini PR kita, peserta saat ini 50 orang berbagai kampus di Kota Bandung dan Kota Cimahi,” tandasnya.

Sementara itu salah seorang peserta Putri berharap kegiatan ini diadakan terus tidak hanya sekali.

“Menurut saya ini menarik diadain lagi, supaya merubah mindset anak berkembang kedepannya, meski tidak langsung mengubah tapi secara tidak langsung ini membawa ke perubahan lebih baik kedepan soal pengelolaan financial. sebagian orang bilang bahagia itu tidak perlu uang tapi realitanya butuh uang buat kuota sekolah dan lainnya,” ujar Puteri.

Terkair pinjaman online sendiri kata dia, pernah dialami oleh temannya sampai harus diurusin ke hukum dan itu ribet.

“Seharusnya kalau tidak punya uang dan tidak perlu banget ya tidak usah berhutang sama pinjol, pay latter dan sebagainya,” ujarnya lagi. (EVY)