Flyover Antapani Lebih Cepat Beres

Gunakan Struktur Baja Bergelombang

BANDUNG – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono meresmikan pembangunan flyover Antapani. Jalan layang tersebut menggunakan teknologi baja gelombang dan dikalkulasi bisa mengurangi pengerjaan hingga 50 persen dari flyover pada umumnya.

Groundbreaking flyover Antapani tersebut disambut baik Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kota Bandung. Sebab, selain bisa mengurangi kemacetan, eksistensinya juga bisa mendorong pertumbuhan perekonomian.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan, jembatan layang Antapani dibangun menggunakan struktur baja bergelombang dan dikombinasikan dengan timbungan ringan. Komposisi ini merupakan salah satu rancang bangun aplikatif yang dikembangkan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR.

Menurut dia, Balitbang Kementerian PUPR terus mengembangkan berbagai inovasi penelitian aplikatif yang hasilnya dapat dirasakan masyarakat luas.

”Saya harap Balitbang Kementerian PUPR harus terus mengembangkan karya-karya yang inovatif dan aplikatif,” kata Basuki usai peresmian, kemarin (10/6).

Sementara itu, Kepala Balitbang Kementerian PUPR Arie Setiadi Moerwanto mengungkapkan, pembangunan jembatan layang Antapani kali pertama menggunakan teknologi struktur baja bergelombang dengan bentang 22 meter dibangun di Indonesia.

Menurutnya, pembangunan konstruksi jembatan ini lebih cepat sekitar 50 persen jika dibandingkan dengan pembangunan jembatan layang dengan struktur beton bertulang. ”Biayanya juga lebih efisien sekitar 60 persen sampai 70 persen jika dibandingkan dengan pembuatan jembatan layang dengan struktur beton bertulang,” ungkapnya.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Balitbang Kementerian PUPR Herry Vaza memaparkan, kekuatan jembatan layang dengan struktur baja bergelombang tidak perlu diragukan. Sebab, Pusjatan telah melakukan pengujian dan penghitungan yang cermat mengenai kekuatan jembatan dengan baja bergelombang. Dia mengatakan, pembangunan jembatan layang Antapani merupakan proyek kerja sama antara Pusjatan Balitbang Kementerian PUPR, Pemerintah Kota Bandung, dan Posco Steel Korea.

Disinggung mengenai biaya pembuatan jembatan tersebut, Herry mengatakan, dari total anggaran Rp 33.5 miliar yang dibutuhkan untuk pembangunan, komposisinya  Rp 21.5 miliar berasal dari anggaran Pusjatan, Rp 10 miliar dari Pemerintah Kota Bandung, Rp 2 miliar dari Posco Steel Korea dalam bentuk komponen material.

”Proyek sejenis pembangunan flayover seperti ini juga akan dikembangkan di daerah-daerah lain,” urainya.

Terpisah, Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar menegaskan, flyover ini akan bisa mengatasi kemacetan lalu lintas akibat persimpangan sebidang dan tingginya volume kendaraan di Kota Bandung. Jembatan layang dengan baja bergelombang diharapkan menjadi alternatif dalam mengakselerasikan pembangunan infrastruktur di titik-titik kemacetan lainnya, termasuk pembangunan Bandung Intra Urban Toll Road yang diprogramkan oleh Pemprov Jabar.

”Saya harap dukungan Kementerian PUPR untuk bisa mendorong program lainnya seperti pengembangan konsep Integrated Transport System Metropolitan Bandung Raya, elektrifikasi rel kereta api dan lainnya,” papar pria yang akrab disapa Demiz itu.

Sementara itu, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil berharap, pembangunan flyover ini bisa bermanfaat bagi masyarakat. Menurut dia, pembangunan jembatan sebagai langkah mengurangi stres dan menggenjot nadi perekonomian di Kota Bandung.

”Kami telah melakukan studi di 33 titik untuk membangun jembatang layang baja bergelombang,” ungkapnya.

Pria yang akrab disapa Emil itu, pembangunan jembatan layang ini bertujuan mengatasi kemacetan di persimpangan Antapani, tepatnya di Jalan Jakarta-Terusan Jakarta yang selama ini menjadi sumber kemacetan di Kota Kembang. (dn/rie)