Apindo Jabar Prihatin Banyak Perusahaan Padat Karya Bertumbangan

KILASBANDUNGNEWS.COM – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat prihatin dengan banyaknya perusahaan di Jabar yang saat ini tumbang. Padahal potensi Jabar sangat luar biasa, dengan pengelolaan secara kerjasama multi helix dan professional.

“Tidak hanya Jabar Juara, tetapi Jabar Hebat, Jabar Luar Biasa, Jabar Berkah akan mampu dicapai dan secara sustain bisa dipertahankan,” ucap Ketua Apindo Jabar Ning Wahyu Astutik, melalui rilis yang diterima, Senin (11/12/2023).

“Sedih melihat itu semua. Sedihnya lagi, perusahaan – perusahaan itu adalah perusahaan padat karya yang tentu saja berjumlah ribuan karyawan per perusahaan, bukan lagi ratusan. Banyak sekali video viral sangat kontradiktif. Video – video tersebut merupakan kesedihan ribuan karyawan perusahaan yang telah bekerja bertahun – tahun dan terkena lay off karena perusahaan tutup,” imbuhnya.

Menurut Ning, Jabar memiliki realisasi investasi tertinggi dibanding provinsi lain dengan nilai investasi 174,58 Trilyun atau sekitar 14,46 % dari total investasi nasional di tahun 2022.

“Namun terjadi penurunan daya serap tenaga kerja untuk per 1T investasi dibanding beberapa tahun sebelumnya. Hal ini diakibatkan oleh investor masuk ini lebih banyak padat modal dengan tehnologi digital dan otomation,” katanya.

Ning memaparkan bahwa seiring waktu, mulai sekarang Jabar harus bertransformasi ke industri padat modal, digital dan tehnologi tinggi namun untuk saat ini, dengan kualitas pekerja dan pencari kerja dengan background paling tinggi jumlahnya adalah lulusan SD, diikuti SMA/K, SMP, dan Perguruan Tinggi, maka dalam masa transformasi ini, Industri padat karya masih sangat dibutuhkan.

“Industri padat karya sendiri memiliki persaingan yang luar biasa, bukan saja antar negara bahkan antar propinsi, utamanya terkait upah,” katanya.

Ning menambahkan, dengan melemahnya pasar, dan persaingan ketat, maka buyer memilih produsen dengan biaya termurah atau yang paling kompetitif.

“Di Jabar sendiri industri-industri padat karya banyak yang adanya di kota atau kabupaten dengan upah yang relatif tinggi. Sehingga hal tersebut yang memicu banyaknya relokasi ke daerah lain dengan upah yang lebih kompetitif dengan infrastruktur yang juga menunjang sehingga mengurangi biaya produksi. Misalnya ke Jateng. Adapun perusahaan yang tidak sanggup bertahan, mereka tutup permanen,” paparnya.

Ning berharap, pembangunan yang sudah sangat baik dilakukan Pak Presiden di Jabar sekarang, bisa dilakukan pemerataan di daerah yang secara upah masih kompetitif, sehingga pengusaha tidak relokasi keluar Jabar.

“Kita berharap bahwa para kepala daerah di Jabar paham betul situasi ini sehingga bisa kolaborasi dengan para stakeholders untuk bisa meyakinkan pengusaha tidak relokasi. Kalau ini yang terjadi, pemerintah dirugikan, pekerja dirugikan juga pengusaha menanggung banyak kesulitan. Saya lebih menekankan diciptakannya kondusivitas dunia usaha, termasuk di dalamnya kepastian dan ketaatan hukum terkait pengupahan, misalnya,” jelasnya.

Kita memang harus mulai fokus juga pada pariwisata dan ekonomi kreatif dan UMKM. Namun menurut Ning, semua butuh proses, dan belum mampu menyerap tenaga kerja yang di layoff oleh industri padat karya.

“Pun fokus pada pengembangan SDM, sehingga nantinya mampu bekerja di sektor industri dengan sistem digital dan tehnologi tinggi, yang sekarang sudah mulai masuk di Jabar,” tambahnya.

Ning menegaskan bahwa, Apindo siap membantu pemerintah melakukan mapping kebutuhan SDM di industri-industri yang berinvestasi di Jabar.

“Potensi Jabar luar biasa besar, namun harus dikelola dengan baik, melalui kerjasama multi helix sehingga bisa meraih tujuan sesuai harapan, menuju Jabar Juara, Jabar berkah, Jabar Hebat, Jabar Luar Biasa,” pungkasnya. (Parno)