Program Pembangunan Harus Menyentuh Lansia

KILASBANDUNGNEWS.COM – Indonesia termasuk Jawa Barat berada pada peta jalan Agenda Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) 2030. Prinsip SDGs leave no one behind, tentunya berbagai program pembangunan yang direncanakan dan dilaksanakan harus menyentuh seluruh dimensi kehidupan dan seluruh komponen masyarakat, termasuk lansia.

Demikian terungkap dalam webinar series 1 dalam rangkaian perayaan Hari Statistik Nasional 2020 serta kegiatan publisitas pemanfaatan data Sensus Penduduk 2020, yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat dalam rangkaian perayaan Hari Statistik Nasional 2020 serta kegiatan publisitas pemanfaatan data Sensus Penduduk 2020, dengan tema “Menilik Kualitas Hidup Lansia dalam Peta Jalan SDGs”, Senin (20/10/2020).

Webinar menghadirkan narasumber Drs. Pungky Sumadi, MCP, Ph.D (Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bappenas), Dyah Anugrah  Kuswardani, MA  (Kepala BPS Provinsi Jawa Barat), Dr. Lilis Heri Mis Cicih (Peneliti Lembaga Demografi –Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia), dan Prof. Dr. Zuzy Anna, S.Si, M.Si  (Direktur SDGs Center UNPAD) dengan dipandu moderator Vidaa Alatas.

Dalam webinar tersebut terungkap bahwa prinsip SDGs leave no one behind, tentunya berbagai program pembangunan yang direncanakan dan dilaksanakan harus menyentuh seluruh dimensi kehidupan dan seluruh komponen masyarakat, termasuk lansia.

Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bappenas, Pungky Sumadi menyampaikan, bahwa adanya kebutuhan mendesak kebijakan kelanjutusiaan, yang terdiri dari perbaikan kualitas dan perluasan layanan; perluasan ketahanan sosial-ekonomi; ketersediaan data; respon kedaruratan serta pengarusutamaan.

“Pemerintah telah melakukan penetapan Rancangan Peraturan Presiden tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan serta Sinergi Stranas Kelanjutusiaan dengan RPJMN 2020-2024, yang diintegrasikan dengan Rencana Kerja Pemerintah,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala BPS Provinsi Jawa Barat, Dyah Anugrah Kuswardani mengatakan,  jumlah lansia di Jawa Barat pada 2019 sebanyak 4,76 juta jiwa atau 9,71% total penduduk Jawa Barat dengan rasio ketergantungan lansia terhadap penduduk usia produktif mencapai 14,85% dan komposisinya lebih banyak lansia perempuan dibandingkan laki-laki.

“Jika dilihat menurut status perkawinan, lansia perempuan lebih banyak tinggal sendiri (cerai hidup dan mati) dibandingkan lansia laki-laki. Untuk status pendidikan, rata-rata lama sekolah lansia di Jawa Barat masih rendah yaitu sekitar 5,38 tahun (belum tamat SD). Dari sisi kesehatan dan perlindungan sosial pun, belum sepenuhnya lansia memiliki jaminan kesehatan dan perlindungan sosial,” jelasnya.

Menurut Dyah, semakin meningkatnya jumlah lansia di Indonesia maupun Jawa Barat, akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, ekonomi maupun sosial, dimana berbagai situasi dan kondisi yang dihadapi lansia, tentunya sangat berpengaruh pada tingkat kesejahteraan serta banyaknya problematika yang dihadapi lansia.

Dr. Lilis Heri Mis Cicih (Peneliti Lembaga Demografi –Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia), menjelaskan secara detil bagaimana kondisi tingkat kesejahteraan dan berbagai problema yang dihadapi lansia, serta dimana negara perlu hadir dengan adanya strategi nasional kelanjutusiaan.

Sedangkan Direktur SDGs Center UNPAD, Zuzy Anna menyatakan, lansia harus dikenal sebagai agen aktif dalam pembangunan, agar bisa mencapai pembangunan berkelanjutan yang transformatif dan inklusif.

“Berbagai kebijakan yang dijalankan serta situasi yang dihadapi oleh lansia Indonesia, sebenarnya dalam peta jalan SDGs hingga 2030 nanti, posisi lansia menjadi cross cutting issue pada hampir semua tujuan,” ujarnya. (Parno)