KILASBANDUNGNEWS.COM – Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun sangat berdampak terhadap sebagian besar sektor, mulai dari sektor kesehatan, pendidikan, pertanian hingga berdampak terhadap pengiriman Pekerja Migran Indonesia (PMI), khususnya dari Jawa Barat.

Menurut Kepala Bidang Penempatan, Perluasan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jawa Barat, Hendra Kusuma Sumantri, akibat pandemi Covid-19, pada tahun ini pihaknya baru mengirimkan pekerja ke sejumlah negara sebanyak 7.000.

“Selama pandemi, tahun lalu kita mengirimkan 15.000 pekerja migran, untuk tahun baru 7.000 pekerja. Kalau saat normal kita bisa mengirim pekerja hingga 53.000,” kata Hendra, Senin (16/08/2021.

Hendra berharap, meski pengiriman PMI ke sejumlah negara mengalami penurunan, langkah ini sebagai salah satu upaya untuk menekan angka pengangguran di Jawa Barat yang masih relatif tinggi.

“Angkatan kerja di Jabar 21 juta, dari jumlah tersebut 8,92% atau sekitar 2,1 juta orang masuk dalam tingkat pengangguran terbuka. Kita target pada tahun 2023 angka tersebut bisa turun hingga 6,96%,” ucapnya.

Hendra mengatakan, berbagai program, salah satunya Program Migran Juara yang digagas Gubernur Jawa Barat Mochamad Ridwan Kamil bisa meningkatkan angka pengiriman PMI ke sejumlah negara.

“Kita terus menggenjot pekerja migran berkeahlian dengan menyasar sejumlah negara potensial, seperti Malaysia, Jepang, Taiwan, Arab Saudi, Korea Selatan, Brunei Darussalam serta negara lain dengan keahlian tenaga perawat,” imbuhnya.

Sementara itu, Advisor ISO Jepang Yadi Suryadi mengakui, akibat pandemi membuat beberapa negara tujuan PMI membatasi hingga menutup bagi tenaga kerja asing masuk ke negaranya termasuk dari Indonesia.

“Saat ini sebagian besar negera tujuan PMI tutup, namun kabarnya mereka akan kembali membuka bagi PMI pada bulan Oktober mendatang, seperti negara Jepang,” ujarnya.

Yadi menyatakan, kabar akan dibukanya kembali sejumlah negara pengiriman PMI dalam beberapa bulan ke depan menjadi peluang bagi pekerja dari Indonesia.

“Kita harus mempersiapkan dari sekarang. Halnya Jepang saat ini membutuhkan tenaga kerja cukup banyak mencapai 345 ribu orang untuk 14 sektor usaha,” imbuhnya.

Yadi menambahkan, untuk bisa merebut peluang sebanyak-banyaknya diperlukan kesiapan bagi para calon tenaga migran tersebut karena mereka harus bersaing dengan negara lain agar mereka bisa bekerja di Jepang.

“Kita harus mempersiapkan SDM yang baik untuk memenuhi kebutuhan mereka. Saat ini sedang digagas ISO Jepang bersama Disnakertrans Jabar. Kita merancang program Specified Skilled Worker (SSW) bagi calon pekerja migran Indonesia. Melalui program ini, pekerja akan mendapat pelatihan bahasa dan keterampilan lainnya,” tuturnya. (Parno)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.