Bandung – Menjadi seorang istri dan mengurus tiga orang anak bukanlah perkara mudah bagi perempuan. Namun, lain halnya bagi Indari Mastuti yang di tengah perjalanannya memainkan peran tersebut mampu menulis 70 buah buku.
Tak hanya itu, penulis buku best seller, “Izinkan Aku Mencintai” ini juga menginspirsi kaum ibu untuk menelurkan ribuan buku.
Teh Iin, begitu dia akrab disapa melalui masa kecilnya dengan cukup keras. Ia jarang merasakan kehangatan keluarga. Tekanan itulah yang kemudian menjadi pemicu baginya untuk mencari pelarian lewat membaca dan ekspresinya dia tumpahkan lewat tulisan.
“Dari kecil saya lahir dari keluarga yang tidak harmonis. Lalu saya mencari cara agar ketidakharmonisan itu tidak berpengaruh pada psikis. Karena suka baca akhirnya saya berpikir. Kenapa ketika lagi penat, membaca buku tentang bagaimana mengelola stres, tiba-tiba stres itu hilang. Ternyata dari tulisan itu bisa mempengaruhi pola pikir,” beber Teh Iin.
Teh Iin pertama kali mulai menulis saat masih duduk di bangku kelas 4 SD. Kala itu dia menuliskan curahan hati dan kejadian yang dialaminya dalam sebuah buku catatan harian.
Hasrat menulis perempuan asal Ujungberung ini rupanya terus bergelora seiring perkembangan usianya. Akhirnya, ketika duduk di bangku kelas 1 SMA, tulisannya secara profesional mulai terpublikasi lewat majalah Gadis.
“Saya waktu kelas 4 SD itu saya bermikir ingin jadi penulis. Lewat tuisan, saya ingin bikin orang lebih baik. Itu yang memotivasi saya untuk terus menulis,” aku perempuan kelahiran 9 Juli 1980 ini.
Keberanian untuk menuangkan gagasan lewat tulisan Teh Iin semakin menjadi ketika mendapat kesempatan menjadi penulis artikel dan koresponden untuk beberapa surat kabar ataupun tabloid. Hingga akhirnya memberanikan diri untuk membuat sebuah buku.
“Sampai sekarang makin banyak pengalaman, saya mulai berpikir bukan sebagai trauma healing atau bikin lebih lega, tapi tulisan itu adalah sejarah kita. Makanya ada yang bilang tulislah satu buku meski dalam seumur hidup anda cuma satu,” cetusnya.
Menulis rupanya telah menjadi ‘candu’ bagi Teh Iin, sehingga bisa menghabiskan waktu satu hari penuh untuk menuangkan pikirannya ke dalam tulisan. Dia pun melahirkan puluhan buku yang sebagian besarnya merupakan gagasan tentang edukasi pola pendidikan anak dan pemikiran dalam pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Dalam 12 tahun terakhir ini, ia mulai menjalankan bisnis jasa penulisan, produsen modul bisnis dan bisnis khusus perempuan dengan identitas Indscript Creative. Kemudian mengembangkan bisnis ke bisnis sarung tangan premium khusus muslimah dan produsen lauk pauk siap saji.
“Satu karena hobi, kedua bukan cuma hobi tapi jadi uang, dan ketiga setelah saya cek ternyata menulis bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja dan itu paling pas bagi saya sebagai ibu rumah tangga. Pasnya bidang bisnis yang saya lakukan memang di jasa penulisan, jadi antara hobi, mensejarahkan diri dan macem-macem yang saya dapat,” bebernya.
Lewat Indscript Creative inilah Teh Iin ikut berjuang menampung gagasan para kaum perempuan melalui penerbitan buku. Ia memprioritaskan karya dan pemikiran dari penulis perempuan, utamanya kalangan ibu-ibu. Saat ini, jumlahnya telah ribuan buku.
”Agensi naskah kita bekerja sama dengan penerbit. Kalau yang sudah dikerjakan kita dengan penulis lain itu sekitar 4..000-an buku. Rata-rata itu adalah ibu-ibu. Saya sengaja untuk mengakomodir mereka,” ungkapnya.
Kesuksesan Teh Iin pun mendapat apresiasi dengan meraih banyak penghargaan sejak 2010 silam. Selain itu, dia juga malang melintang diundang sebagai narasumber seminar serta mentor pelatihan menulis di pelosok Indonesia dan sejumlah negara. Saat ini, ia tengah berjuang mewujudkan cita-citanya melahirkan 1 juta perempuan yang produktif menulis.***