Hadapi Persaingan Global, Jabar Harus Kembangkan Produk Kain Unik

Bandung – Bank Indonesia menilai bahwa tantangan perekonomian globa dan berbagai isu yang terkait dengan industri manufaktur di Jawa Barat  saat ini semakin terasa sehingga perlu ditemukan solusi efektif untuk mengatasi permasalahan dan meningkatkan kinerja industri Jawa Barat.

Kepala  Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Doni P Joewono mengatakan, untuk mengatasi permasalahan dan persaingan industri dengan negara-negara lain, perlunya kita kembali mendorong dan menciptakan produk kain yang unik.

“Sumber ekonomi manufaktur di Jawa Barat pertumbuhannya flat dan kita harus cari sumber pertumbuhan ekonomi baru, itu adalah pengembangan pariwisata dan industri kreatif,” ucap Doni, dalam kunjungannya ke Tenun Ikat Rote di Kupang, NTT, Jumat (23/8/2019).

Menurut Doni, jima melihat dengan suasana global seperti saat ini, industri garmen yang sifatnya massal saat ini agak suit bersaing dengan negara Cina, salah satunya karena upah buruh di Jawa Barat sudah mahal.

“Saat ini wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara mereka lebih menyukai produk-prouk lokal yang tradisional dan unik, makanya perlu kita juga di Jawa Barat kembai menciptakan mendorong yang sifatnya bukan produk massal yatu kain kain yang unik,” katanya.

Doni menyatakan, kain unit di Jawa Barat yang bisa dikembangkan dan didorong salah satunya dari Garut, dimana produk tenun Garut termasuk unik.

“Kan terbukti di acara Karya Kreatif Indonesia tenun Garutn laku hingga Rp1,5 miliar, artinya bagi kelas atas tenun Garut udah masuk dan kita harus menciptakan yang seperti Garut-Garut di beberapa daerah di Jawa Barat,” tuturnya.

Selain itu menurut Doni, hingga saat ini batik Jawa Barat belum memiliki identitas, halnya seperti kopi yang sudah ada dengan Java Preanger, karenanya harus segera patenkan identitas batik Jabar.

“Akan pilih itu modelnya apa, apa mega mendung, merak ngibing kita akan coba untuk mendorong itu, karena kain unik meskipun mahal akan disukai orang , tapi kalau murah dan tidak unik ga laku, mereka malah mau beli yang unik karena produk exotik,” pungkasnya.***


Rep: Suparno Hadisaputro