Tugu Titik 0 km Kota Bandung yang terletak di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung.

Bandung – Pada Rabu 25 September ini, Kota Bandung berusia 209 tahun. Jika membandingkan  dengan usia kota lain di Indonesia, Kota Bandung sebenarnya belum terlalu tua. Sebagai contoh, Kota Surabaya telah berusia 726 tahun, Kota Jakarta (492 tahun), Kota Semarang (472 tahun), atau Makassar (408 tahun). Namun Kota Bandung telah mampu bersaing dengan kota-kota lain  di Indonesia. Bahkan Kota Bandung telah  mampu disejajarkan dengan kota lain di dunia.

Ada sejumlah fakta menarik yang wajib diketahui seputar Hari Jadi Kota Bandung. Berikut rangkumannya berdasarkan sejumlah sumber:

 

  1. Surat Keputusan (besluit) Herman Willem Daendels

Kota Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan permukiman sejak pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Tepatnya melalui Gubernur Jenderalnya waktu itu Herman Willem Daendels yang mengeluarkan surat keputusan tanggal 25 September 1810 tentang pembangunan sarana dan prasarana untuk kawasan ini. Dikemudian hari peristiwa ini diabadikan sebagai hari jadi kota Bandung.

 

  1. “Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd”

Demikianlah perkataan Herman Willem Daendels. “Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd” artinya, usahakan, bila saya datang kembali ke sini, sebuah kota telah dibangun.

Kalimat itu sekaligus perintah kepada Bupati Bandung ke-6, R.A. Wiranatakusumah II (1794-1829) untuk membangun ibu kota Bandung yang baru di sekitar jalan Raya Pos atau De Grote Postweg.

Jalan Raya Pos adalah jalan sepanjang kurang lebih 1000 km yang terbentang sepanjang utara Pulau Jawa, dari Anyer sampai Panarukan. jalan ini dibangun pada masa pemerintahan Gubernur-Jenderal Herman Willem Daendels.

Atas perintah itu pulalah, Wiranatakusumah II kemudian memilih sebuah lokasi di dekat sumber mata air yang bernama Sumur Bandung. Dalam Bahasa Sunda, Sumur Bandung berarti sumur yang berpasangan atau berhadapan (dari kata bandungan).

Kedua sumur tersebut berada di tepi barat Sungai Cikapundung. Satu sumur terletak di Bale Sumur Bandung atau Gedung PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten, Jalan Asia Afrika. Sedangkan sumur lainnya berada di bawah bangunan bekas kompleks pertokoan Miramar, Alun-alun Bandung.

 

  1. Sempat dirayakan pada 1 April

Sebelum dirayakan pada 25 September, HUT Kota Bandung sempat diperingati setiap 1 April. Perayaan HUT Kota Bandung pada 1 April tersebut mengambil momen saat dikeluarkannya surat oleh Gubernur Jenderal J.B. Van Heutz pada 1 April 1906.

Lewat surat tersebut menetapkan Kota Bandung ditingkatkan statusnya menjadi Pemerintah Kota (Gemeente). Sejak itulah Kota Bandung resmi lepas dari Kabupaten Bandung, walaupun ibu kota Kabupaten Bandung masih terletak di Kota Bandung.

Namun pada tahun 1998, melalui penelitian dan kajian mendalam, akhirnya HUT Kota Bandung ditetapkan pada tanggal 25 September. Penetapan tanggal tersebut  sesuai dengan tanggal saat Herman Willem Daendels menyetujui usulan Bupati Wiranatakusumah II untuk memindahkan ibu kota Kabupaten Bandung pada tahun 1810.

 

  1. Mentari dan gelombang

Sebelum memiliki lambang kota seperti saat ini, lambang Kota Bandung dilengkapi dengan mahkota dan dua ekor singa di samping kanan-kiri perisai. Sedangkan di bawahnya tertulis ‘Ex Undis Sol’. Secara harfiah berarti dari matahari laut. Namun ada juga yang mengartikannya sebagai mentari muncul di atas gelombang.

Sedangkan menurut Haryoto Kunto, penulis buku “Wajah Bandung Tempo Doeloe”, kalimat itu kurang lengkap. Seharusnya berbunyi, Ex Undo Solum. Artinya  Dataran Tinggi Bandung muncul dari dalam tanah.

Namun sejak lambang kota Bandung ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota besar Bandung tahun 1953, tertanggal 8 Juni 1953, motto Kota Bandung berubah menjadi Gemah Ripah Wibawa Mukti yang berarti tanah subur rakyat makmur.

 

  1. Wali Kota Sejak era kemerdekaan

Sejak era kemerdekaan, telah ada 16 Wali Kota Bandung hingga saat ini. Diawali oleh R.A. Atmadinata (1945), laluR. Syamsoerizal (19545-1947), Ukar Bratakusuma (1947-1949), R Enoch (1949-1957), R. Priatna Kusumah (1957-1966).

Kemudian R. Didi Djukardi (1966-1968), R.Hidayat Sukarmadidjaja (1968-1971), R. Otje Djundjunan (1971-1976), Utju Djoenaedi (1976-1978), R. Husein Wangsaatmadja (1978-1983), H. Ateng Wahyudi (1983-1993).

Selanjutnya yaitu Wahyu Hamidjaja (1993-1998), Aa Tarmana (1998-2003), Dada Rosada (2003-2013), Ridwan Kamil (2013-2018), dan Oded M Danial (2018-sekarang).

Itulah sedikit fakta menarik dari Kota Bandung. Tentu masih banyak fakta lainnya yang layak untuk diketahui. Semakin banyak mengenal dan mengetahui sejarahnya, maka akan semakin mencintai Kota Bandung.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.