Bandung – Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mendorong masyarakat untuk aktif berinovasi menyelesaikan permasalahan di wilayah. Ini sebagai prinsip desentralisasi saat wilayah diberi kewenangan untuk membangun.
Oleh karena itu Kang Yana, panggilan akrabnya, mengapresiasi warga RT 02 RW 10 Kelurahan Pelindung Hewan, Kecamatan Astanaanyar yang memulai pembangunan drum pori untuk menampung air hujan. Inisiasi ini menjadi penanda bahwa warga turut berkontribusi pada pembangunan.
Warga membuat drum pori dengan menggunakan dana Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan Kewilayahan (PIPPK). Penggunaan anggaran menggunakan mekanisme swakelola tipe 4 oleh kelompok-kelompok masyarakat.
“PIPPK ini hanyalah stimulus untuk menggerakkan warga agar mau berpartisipasi dan bergotong royong. Diharapkan dana PIPPK-nya kan sekian rupiah, tapi lalu ada kopinya dari warga, tenaganya, gotong royongnya, menjadikan nilai kebermanfaatan PIPPK ini menjadi lebih dari pada itu,” ungkap Kang Yana, saat mencanangkan drum pori yang dibangun melalui pemanfaatan dana PIPPK, Kelurahan Pelindung Hewan, Jumat (23/8/2019).
Ia meyakini, rasa gotong royong masyarakat memiliki dampak luar biasa. Sebab kekuatan pembangunan terbesar ada di tangan partisipasi warga. Kendati berada di wilayah perkotaan, bukan berarti rasa itu hilang begitu saja.
“Saya yakin orang Bandung mah gotong royongnya luar biasa. Kita bisa menyelesaikan masalah masing-masing, dibantu dengan stimulus ini,” katanya.
Di sisi lain, drum pori ini bisa menjadi salah satu cara untuk mengantisipasi kekeringan saat kemarau dan banjir di kala hujan. Secara ilmiah, ia menjelaskan, musim hujan selama 4 bulan itu bisa memenuhi kebutuhan air Kota Bandung selama satu tahun. Maka potensi air hujan itu harus ditangkap dan diserap. Saat ini, drum pori adalah salah satu yang paling efektif.
“Pembuatan drum pori juga gampang. Saya buat tiga di rumah, tiga di rumah dinas. Paling hanya butuh waktu setengah jam. Selain itu, drum pori lebih murah ketimbang misalnya harus membuat sumur resapan yang relatif lebih berbiaya,” jelasnya.
Sementara itu, Camat Astanaanyar, Syukur Sabar menambahkan, kegiatan ini merupakan bagian dari penyerapan anggaran PIPPK. Secara keseluruhan, ada 6 kelurahan yang masing-masing memiliki 10 kelompok masyarakat di tiap RW, termasuk di kelurahan Pelindung Hewan.
Jumlah yang diajukan Rp520 juta, yang penyalurannya dibagi ke dalam 3 termin. Termin pertama sebesar 40%, lalu setelah pelaporan sebesar 30%, dan terakhir 30%. Total ada 27 kegiatan.
“Jumlah tersebut sebagian besar adalah untuk kegiatan infrastruktur, seperti plester, pembangunan gorong-gorong, dan perbaikan kantor RW. Pembuatan drum pori melalui swadaya, swakelola tipe 4,” jelasnya.***