Webinar Ilmiah Masjid III: Mendorong Masjid menjadi Miniatur SDGs Indonesia

KILASBANDUNGNEWS.COM – Masjid-masjid di Indonesia perlu didorong menjadi miniatur terwujudnya Sustainable Development Goals (SDGs) di tingkat komunitas. Untuk itu, asosiasi atau perhimpunan-perhimpunan masjid sangat dibutuhkan perannya agar pencapaian SDGs masjid dan komunitasnya mendapatkan dukungan yang terorganisasikan dengan baik.

Salah satu bentuk dukungan asosiasi masjid adalah menjadi wadah untuk menyebarkan dan mengkolaborasikan praktik-praktik terbaik (best practices) program-program SDGs di antarasesama masjid. Asosiasi masjid terutama diharapkan berperan mendorong anggotanya berkontribusi dalam pencapaian sasaran-sasaran pendidikan maupun ekonomi dalam SDGs.

Demikian beberapa kesimpulan utama dari Seminar/ Webinar Ilmiah Masjid (S/WIM) III 1443 H/2021 M, yang diselenggarakan Asosiasi Masjid Kampus Indonesia (AMKI) bekerjasama dengan Masjid Salman ITB pada Sabtu-Ahad, 20-21 November 2021. Acara yang diikutilebihkurang 400 orang peserta ini mengangkat tema besar: “MendorongPeran Masjid dalam Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia: Skenario & Strategi Pasca Pandemi Covid-19”.

Seminar/ Webinar Ilmiah Masjid adalah kegiatan yang telah dilaksanakan rutin setiap tahun oleh AMKI sejak tahun 2019 bekerjasama dengan Yayasan Pembina Masjid (YPM) Salman ITB. Pada tahun ini, acara S/WIM III turut didukung Program Pendidikan Karakter (Pendikar) Pancasila Universitas Tanjungpura, Majalah Mata Air, Rumah Amal Salman, Wakaf Salman dan Studia Humanika Salman ITB.

Isu SDGs diangkat sebagai tema seminar pada tahun ini melihat kondisi pencapaian target SDGs Indonesia yang semakin memprihatikan sejak pandemi Covid-19 mendera dunia dua tahun terakhir ini. Hal ini antara lain terlihat dengan Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) Indonesia yang stagnan bahkan memburuk.

Misalnya, BPS pada Juli 2021 merilis persentase penduduk usia muda Indonesia tanpa kegiatan (Not in Employment, Education or Training—NEET) sebesar 24,28%. Ini berarti, nyaris1 dari 4 pemuda usia produktif di Indonesia, bukan saja tidak bekerja melainkan juga tidak melakukan apa-apa. Dalam aspek pendidikan, angka partisipasi sekolah di perdesaan kurang dari 20%. Di sisi lain, angka dispensasi pernikahan usia dini sepanjang Covid-19 mencapai 64 ribu kasus.

Angka-angka IPP yang memprihatinkan tersebut, tentunya semakin memperlemah produktivitas bangsa ini. Hal ini antara lain diindikasikan oleh stagnannya pertumbuhan ekonomi Indonesia (middle income trap) di angkal.k. 5% sejak 2011, dan bahkan sempat menyentuh minus 2,03% pada tahun 2020. Padahal Presiden Jokowi telah mencanangkan Visi Indonesia Emas pada tahun 2045, dimana pertumbuhan ekonomi nasional diharapkan mencapai minimal 7%.

Produktivitas yang mendorong pertumbuhan ekonomi hanya dapat tercapai jika pembangunan ekonomi berjalan selaras dengan pembangunan manusia dan pelestarian alam. Keselarasan ini dikenal sebagai prinsip People-Prosperity-Planet dalam wacana SDGs.

Ketua YPM Salman ITB Suwarno mengharapkan, Webinar Ilmiah Masjid III  dapat menjadi ajang berbagi gagasan maupun pengalaman kegiatan berbagai masjid, khususnya dalam konteks pencapaian SDGs di atas. Lebih jauh lagi, seminar Ilmiah yang menjadi kegiatan rutin tahunan AMKI ini diharapkan menjadi wadah menumbuhkan dan mengasah budaya intelektual di kalangan para aktivis dan takmir masjid.

“Tanpa budaya intelektual yang kokoh, tidak mungkin peradaban Islam akan kembali bangkit dan bersemi,” ucap  Suwarno.

“”Seminar Ilmiah rutin ini diharapkan dapat berkontribusi menghasilkan rekomendasi-rekomendasi bagi umat dan bangsa dalam menghadapi masa depan masyarakat dunia termasuk Indonesia tengah berhadapan dengan gejalaVolatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity (VUCA) dalam berbagai aspek kehidupan. Masjid-masjid kampus perlu berkontribusi menghasilkan pemikiran-pemikiran untuk menghadapi hal ini,” imbuhnya.

Seminar ilmiah yang berlangsung secara daring ini adir para pembicara nasional yaitu Prof. Wawan Dhewanto (Guru Besar Kewirausahaan Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB dan salah seorang konseptor program One Pesantren One Product/OPOP), Dr. Itje Chodidjah (Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO), Prof. Abdul Hamid Habbe (Guru Besar Fak. Ekonomi dan Bisnis Unhas), serta Ir. Adiwarman Azwar Karim (Komisaris Bank Syariah Indonesia). (Parno)