KILASBANDUNGNEWS.COM – Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung akan membuka koridor baru untuk Trans Metro Bandung (TMB) pada November mendatang. Koridor kelima tersebut akan melayani jurusan Antapani – St. Hall.
Pembukaan koridor baru ini sebagai upaya mendorong warga menggunakan transportasi massal dan menekan kemacetan. Sebelumnya, TMB ini sudah memiliki empat koridor. Yakni koridor 1 jurusan Cibiru-Cibeureum, koridor 2 Cicaheum-Cibeureum, koridor 3 Cicaheum-Sarijadi dan koridor 4 Antapani-Leuwi Panjang.
“Rencana bulan depan diluncurkan koridor 5 itu Antapani-St. Hall Koridor ini akan dilayani oleh 10 bus yang kemarin bantuan dari pemerintah pusat,” kata Asep Kurnia, Kepala Bidang Manajemen Transportasi dan Parkir Dishub Kota Bandung di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana, Selasa (15/10/2019).
Asep memaparkan, pembukaan koridor 5 ini merupakan implementasi dari dokumen perencanaan transportasi. Dishub Kota Bandung telah mengkajinya bersama Sebelumnya juga telah dilakukan kajian dengan sejumlah institusi seperti akademis dan lembaga penelitian.
Asep berharap, koridor 5 ini mampu menjadi solusi bagi masyarakat yang beraktivitas di dalam kota. Terlebih, rute baru TMB ini melewati sejumlah tempat keramaian dan pusat perbelanjaan, perkantoran dan pusat perniagaan di tengah kota.
“Dari Terminal Antapani ke Jalan Jakarta belok Ahmad Yani masuk Jalan Riau belok ke Jalan Merdeka lalu masuk Tamblong, selanjutnya ke Asia Afrika menuju Gardujati belok ke Kebonjati dan masuk St. Hall. Nanti balik lagi masuk Suniaraja, ke Braga ke Ahmad Yani lagi ke Cicadas belok kanan dan masuk ke Terusan Jakarta dan Antapani lagi,” bebernya.
Asep mengungkapkan, masyarakat telah mengakui kenyamanan TMB. Hanya saja perihal waktu tempuh masih jadi kendala, lantaran TMB tidak menggunakan jalur khusus seperti Bus Trans Jakarta.
“Memang kalau jam sibuk sudah di atas 70 persen (tingkat keterisian bus). Sedangkan di luar jam sibuk di bawah 70 persen. Masyarakat dari kenyamanan sudah, tapi soal ketepatan waktu yang belum handal, karena TMB itu kita mix trafic beda sama trans Jakarta yang sudah punya jalan sendiri,” jelasnya.
Meskipun demikian, Asep mengungkapkan selama ini penggunaan TMB semakin dilirik masyarakat. Indikatornya, terlihat dari peningkatan pendapatan retribusi TMB.
Pada 2018 lalu, pendapatan retribusi TMB sebesar Rp2,5 miliar. Sedangkan tahun ini ditargetkan mencapai Rp5,5 miliar.
“Sampai kemarin terakhir evaluasi, target sudah tercapai sekitar 70 persen,” ungkapnya.
Asep berharap TMB semakin menarik minat banyak masyarakat dengan berbagai program yang ditawarkan. Diantaranya, pembayaran melalui kartu elektronik dengan potongan harga Rp1.000 dan harga khusus pelajar yang hanya membayar Rp1.000.
“TMB sudah mengeluarkan tarif Rp1 berlaku untuk buruh, guru honorer dan veteran. Selanjutnya ada integrasi kalau ngetap di jalur pertama dan ngetap lagi di jalur berbeda kurang dari dua jam masih gratis,” katanya.***