Petugas Tagana memantau Pantai Pangandaran di Kabupaten Pangandaran.

KILASBANDUNGNEWS.COM – Ketakutan melanda warga di pesisir selatan Kabupaten Garut menyusul gempa magnitudo 5 skala Richter yang mengguncang kawasan tersebut, kemarin, Senin (6/1/2019) pagi.

Warga khawatir gempa memicu tsunami. Kepanikan bertambah karena semua alat pendeteksi dini tsunami atau early warning system (EWS) di Kabupaten Garut sudah tak lagi berfungsi.

Hampir setengah jam ketakutan itu terjadi. Warga yang berhamburan saat gempa mengguncang berlarian menjauhi pantai sejauh-jauhnya.

Suasana mencekam baru berangsur mereda setelah Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa gempa pukul 06.12 itu tak berpotensi tsunami.

“Saya baru dapat SMS dari BMKG itu jam 06.30, 15 menitan lebih setelah gempa, bahwa gempa tidak berpotensi tsunami,” ujar Asep Hidayat (43), nelayan di Rancabuaya, Kecamatan Caringin, saat dihubungi melalui telepon kemarin.

BMKG merilis, pusat gempa berada di 120 kilometer barat daya Garut dengan kedalaman 10 kilometer. Lokasinya di 8,15 Lintang Selatan dan 107,34 Bujur Timur. Gempa tak hanya tersasa di Garut, tapi hingga wilayah Kabupaten Bandung dan Sukabumi.

Di Rancabuaya, kata Asep, gempa kemarin pagi terasa sangat kuat. Saat gempa terjadi, Asep masih berada di pantai selepas pulang melaut.

“Was-was pasti ada. Takut ada tsunami, namanya tinggal di laut. Kami sempat siap-siap mau ke daerah tinggi. Sempat panik juga karena takut ada tsunami,” kata Asep.

Alat pendeteksi tsunami di Pantai Rancabuaya, menurut Asep, sudah lama rusak. Salah satunya karena banyak tangan jahil yang merusak alat tersebut.

“Ada beberapa alat di dalam EWS yang dicuri sehingga tidak berfungsi. Masih ada alatnya di laut. Saya masih sering lihat,” katanya.

Terus Dipantau

Bupati Garut, Rudy Gunawan, mengatakan, pemerintah terus memantau dampak gempa yang terjadi di Garut pada Senin pagi.

“Sampai saat ini, kami belum terima laporan kerusakan. Gempa cukup dirasakan oleh warga di selatan,” ujar Rudy, yang didampingi Kepala Pelaksana BPBD Garut, Firman Karyadi, di Lapangan Setda Garut, kemarin.

Rudy juga memastikan gempa ini tidak berpotensi tsunami. “Kami sudah siaga jika terjadi kerusakan ataupun terjadi bencana alam,” ujarnya.

Delapan EWS

Ada delapan EWS yang dipasang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada tahun 2012 di sepanjang pantai selatan Garut.

Kedelapan EWS disebar di tujuh kecamatan yang dinilai paling rawan terdampak jika terjadi tsunami, yakni di Kecamatan Cibalong, Pameungpeuk, Cikelet, Mekarmukti, Bungbulang, Pakenjeng, dan Caringin.

“Ada 22 desa di tujuh kecamatan itu yang berpotensi terdampak ketika terjadi tsunami. Total penduduknya ada sekitar 251 ribu orang,” ujar Tubagus Agus Sofyan, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut, kemarin.

Ia mengatakan, EWS-EWS di sepanjang pesisir selatan Garut itu rusak sejak 2017. Meski mengetahui kerusakan itu, kata Tubagus, Pemkab Garut tak bisa begitu saja memperbaikinya karena, sejak dipasang, belum dilakukan penyerahan aset dari BNPB kepada Pemkab Garut.

Belum adanya penyerahan aset itu, kata Tubagus, membuat kewenangan terhadap semua alat pendeteksi tsunami itu masih berada di tangan BNPB.

Selain itu, kata Tubagus, dana untuk perawatan dan perbaikan EWS ini terbilang besar.

“Butuh anggaran antara Rp 70 juta hingga Rp 120 juta per unit untuk memperbaikinya,” katanya. “Sejak 2017, BPBD Garut sudah mengajukan anggaran perbaikan ke Pemprov Jabar.”

Agus mengatakan, mereka juga terus menjalin koordinasi dengan BNPB mengenai perbaikan kedelapan EWS ini. Jika memang diserahkan, ujarnya, Pemkab Garut tentu akan berusaha memperbaikinya.

Agus juga mengatakan, idealnya di Garut dipasang 28 EWS. “Namun, harga baru EWS per unitnya itu berkisar di angka Rp 350 juta, sedangkan perawatannya mahal, bisa mencapai Rp 120 juta per unit untuk jangka waktu empat tahun. Ini yang membuat berat, sementara fungsi alat tersebut sangat vital,” ucapnya.***

Sumber: Tribun Jabar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.