KILASBANDUNGNEWS.COM – Saguling, wilayah di selatan Kabupaten Bandung Barat itu memiliki kaitan dengan hikayat Sangkuriang kala membendung danau sebagai syarat menikahi ibundanya, Dayang Sumbi. Wilayah di selatan Kabupaten Bandung Barat tersebut juga menjadi saksi terbendung dan bobolnya danau Bandung purba.

Tulisan di koran berbahasa Sunda, Sipatahoenan yang terbit pada Senin, 31 Januari 1938 menjadi petunjuk terkait toponimi Saguling yang terhubung dengan legenda Sangkuriang. Tulisan bertajuk, Ringkesan sadjarah Sanghiang Tikoro (Ringkasan Sejarah Sanghyang Tikoro) merujuk buku berjudul Sanghiang Tikoro yang dikeluarkan Boedi Poestaka Sitoesaeur.

“Koe pamentana Nji Dajang Soembi (iboena) hade daek dikawin koe poetrana (sebab kapendak aya ceda dina mastakana), tapi ieu Bandung koedoe dibendung di djieun sitoe, (keur lalajaran tea),” tulis Sipatahoenan.

Dalam bahasa Indonesia, “Atas permintaan Nyai Dayang Sumbi, ia mau dinikahi putranya yang dikenali lewat luka di kepalanya dengan syarat Bandung dibendung menjadi situ/danau untuk mereka berlayar. Sangkuriang, yang dalam tulis Sipatahoenan itu disebut sebagai Pereboe Sanghijang Kebeurangan (Prabu Sangyang Kebeurangan) pun bersiap memenuhi keinginan Dayang Sumbi.

“Poetrana njanggoepan sarta tatan2 (goegoloeng) rek nambak (ngabendoeng) Tjitarum, njaeta ajeuna diseboetna Sagoeling sabab di lebah dinja pisan goegoeloengna oeroet ngagoeling-goelingkeun pasir.”

Jadi, Saguling merupakan lokasi bekas Sangkuriang membendung Sungai Citarum dengan mengguling-gulingkan pasir. Nama Saguling pun berasal dari istilah, ngaguling-gulingkeun atau menggulingkan pasir guna menambak atau membangun tanggul Citarum. Sipatahoenan tak merinci lebih lanjut apakah pasir yang dimaksud adalah butir-butir batu halus/kersik atau mengacu penamaan bukit dalam bahasa Sunda.

Tak berhenti di situ, beberapa nama lokasi lain di aliran Citarum yang kini telah mengering karena pembangunan Waduk PLTA Saguling juga disebutkan memiliki kaitan dengan legenda Sangkuriang. Cukangrahong umpamanya, merupakan tempat yang didatangi Sangkuriang kala membendung Citarum.

jalur air pun bercabang dua, ada yang masuk ke lubang tersebut serta melipir gunung batu tersebut. Jika ditelusuri kini, lubang itu adalah Sanghyang Tikoro yang menampung aliran Citarum masuk ke dalam guanya. Tak semua air Citarum tersebut masuk Sanghyang Tikoro, sebagian mengalir ditepi gua dan masuk ke Sanghyang Kendit/Kenit.

Kisah itu juga mengungkap keberadaan bukit-bukit di lokasi tersebut, seperti Gunung Betek, Bende, Benteng, Saban Gereuh, Guha. Beberapa nama tersebut masih dikenal hingga sekarang seperti Gunung Guna dan Bende.

Untuk Gunung Guha ada dua bukit yang menggunakan nama itu, yakni Gunung Guha Walet di sebelah barat Citarum yang masuk wilayah Cihea, Cianjur dan Gunung Guha di timur Citarum, wilayah Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Gunung Bende juga masih bisa ditemui sebagai nama sebuah bukit di Desa Citatah, Kecamatan Cipatat yang digerus penambangan kapur. (sumber : pikiranrakyat.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.