Bandung – Sejumlah pedagang kali lima (PKL) mendukung langkah Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menata kawasan Cicadas. Bagi para PKL, hal terpenting tetap bisa berdagang dan kawasan Cicadas menjadi lebih tertata dan asri.
“Sanggup (mau, red) untuk ditata. Itu penting untuk menjaga kebersihan kotanya. Kita siap menanggung konsekuensi,” kata salah satu tokoh PKL, Suherman saat bertemu dengan Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana di Cicadas, Jalan Ahmad Yani, Selasa (23/10/2018).
“Sementara relokasi belum ada, maka kami mendukung penataan pemerintah,” lanjutnya.
Salah satu PKL lainnya, Amiludin (64) juga menyampaikan hal yang sama. Menurut PKL yang telah berdagang sejak 1972, apapun keputusan Pemkot Bandung, hal terpenting dirinya tetap bisa berdagang.
“Saya mah kerja dengan roda (berjualan Kue Pukis), yang penting bapak mah bisa jualan, karena dagang ini untuk kehidupan sehari – hari,” tutur Amiludin.
Sebelumnya, Wakil Wali Kota Bandung sekaligus Ketua Satuan Tugas Khusus (Satgasus) PKL Kota Bandung, Yana mengaku kedatangannya ke kawasan Cicadas untuk bersilahturahmi dengan para PKL.
“Hari ini silaturahmi aja, sebagai perkenalan Satgasus PKL yang baru,” ujarnya.
Namun saat berdialog dengan para PKL, Yana sempat mengungkapkan sejumlah rencana. Salah satunya yaitu tentang penataan para PKL.
“Penataan kita kembalikan ke teman-teman PKL sendiri, punya niat yang sama. Jadi diharapkan ada kenyaman dan juga kebersihan nantinya,” kata Yana.
Menurutnya, salah satu bagian dari penataan yaitu, pengelompokan PKL. Setiap 5 PKL menjadi 1 kelompok. Kelompok ini yang akan bertanggung jawab atas kebersihan di sekitar lapaknya. Jika ternyata kotor dan tak tertata, maka akan ada sanksi kepada mereka.
“Kalau terlihat lapaknya kotor maka akan ditindak. Mereka dilarang berjualan selama 2 hari,” kata Yana.
Selain itu, dalam sepekan akan ada satu hari para PKL tidak berjualan. Hal itu untuk menghormati para pejalan kaki dan pemilik toko. Di saat itu juga, para PKL bergotong royong membersihkan kawasan tempat berdagangnya.
“Sabtu atau Minggu, satu hari libur tidak dagang. Kita bongkar lapak dan dibersihkan trotoarnya. Saya pikir dengan hal ini esterika kota mampu terjaga. Pejalan kaki juga dihormati. Pedagang juga dihargai,” jelasnya.***