KILASBANDUNGNEWS.COM – Pembangunan kolam retensi hibah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk Kota Bogor baru mencapai 47 persen. Capaian tersebut masih meleset dari target. Seharusnya, pembangunan kolam retensi untuk mencegah banjir Kota Bogor dan DKI Jakarta itu sudah mencapai 53 persen.
Wali Kota Bogor Bima Arya, Selasa, 12 November 2019, meninjau pembangunan kolam retensi di Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara. Bima pun menyampaikan pembangunan kolam seluas 4000 meter persegi di lahan seluas 1,6 hektare milik Pemerintah Kota Bogor itu masih belum sesuai target.
“Masih ada defiasi 6 persen dari target perhari ini. Saya minta agar bisa diakselerasi agar bisa selesai tepat waktu. Saya minta pengawasan ditingkatkan, camat jua memonitor,” ujar Bima Arya.
Menurut Bima, pembangunan kolam retensi dengan total hibah Rp 10 miliar tersebut harus rampung akhir Desember 2019. Sehingga awal Januari 2020, kolam yang dibangun di belakang rumah susun sederhana milik Pemerintah Kota Bogor itu bisa berfungsi menangkal banjir.
“Ada persoalan cuaca di sini, karena kalau hujan otomatis berhenti dulu. Makanya sekarang pengerjaanya berpacu dengan waktu. Saya juga minta camat memberi pengertian kepada warga agar bisa memahami kalau ada lembur di sini,” kata Bima.
Nantinya, kolam retensi tersebut diharapkan dapat mengurangi volume air di beberapa titik di Bogor Utara. Selama ini, kawasan Bogor Utara kerap banjir lantaran aliran sungai yang bentrok. Keberadaan kolam retensi tersebut juga dapat mengurangi volume air ke Jakarta.
“Direncanakan air yang tertampung di sini bisa 16 ribu sampai 21 ribu meter kubik airnya. Bukan saja air di Bogor ya, di DKI juga. Nanti dua aliran sungai ditarik ke sini, Sungai Ciheleut dan Sungai Tanah Baru. Mudah-mudahan awal Januari saat air hujan sedang tinggi-tingginya, kolam retensi ini sudah dapat beroperasi ya,” kata Bima.
Tak hanya mengendalikan volume banjir, kolam retensi tersebut nantinya diharapkan dapat dikembangkan menjadi potensi wisata di Kota Bogor. Bima mengintruksikan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor untuk menata kawasan terbuka hijau di kolam retensi tersebut.
“Nanti kawasan ini akan jadi RTH baru di Kota Bogor,” ucap Bima.
Sementara itu Manajer Proyek kolam retensi Kuswandi mengklaim, defiasi target pembangunan kolam retensi terjadi karena cuaca ekstrem yang melanda Kota Bogor belakangan ini. Kondisi tanah yang berlumpur membuat mereka perlu mencari metode baru untuk mengerjakan kolam retensi tersebut.
“Tanah di sini termasuk tanah rawa, berlumpur. Kita harus menyesuaikan alat. Harus ada metode tersendiri. Kita optimistis bisa terkejar,” ujar Kuswandi.
Menurut Kuswandi, saat ini pengerjaan kolam retensi meliputi pemasangan tiang pancang, dan pengerukan tanah. Selain masalah cuaca, Kuswandi menyebut tidak ada masalah lain dalam pengerjaan kolam retensi.
Terkait adanya keluhan warga, Kuswandi pun menyebut sejauh ini koordinasi pihak pelaksana proyek dengan warga cukup baik, sehingga tidak ada masalah.
“Material sudah selesai 100 persen, yang belum pengangkutan tanah. Pengerjaan yang paling utama itu pemasangan tiang pancang yang sedang kita kejar. Kalau pancang selesai, yang lain bisa masuk. Untuk pembuangan tanah nanti akan kita angkut ke Pakansari dan Dinas PUPR,” ucap Kuswandi.***