Masjid Agung Alun-Alun, dari Bilik Bambu hingga Dua Menara

LAHIRNYA Kota Bandung tak lepas dengan berkembangnya agama Islam. Hal itu terbukti dengan dibangunnya Masjid Alun-alun Bandung bersamaan dengan kepindahan pusat Kota Bandung dari Krapyak (di Bandung Selatan) ke pusat kota saat ini.

Ada dua versi yang membahas tahun berdirinya masjid tersebut, yakni pada 1810 atau 1812. Masjid ini pun menjadi salah satu masjid tertua di Kota Bandung.

Versi 1812 menyebutkan bahwa masjid ini dibangun bersamaan dengan pemindahan pusat Kota Bandung dari Krapyak (di Bandung Selatan) ke pusat kota saat ini di kawasan Alun-alun-Asia Afrika-Braga.

Sejumlah sumber menyebutkan, di masa awal pembangunannya, Masjid Agung memiliki corak arsitektur khas Sunda. Bangunanya pun terbilang sederhana, terbuat dari anyaman bambu beratap rumbia.

Atap rumbia tersebut tersusun dari tiga buah atap yang meruncing di bagian puncaknya. Puncak atap yang runcing tersebut sekaligus juga menjadikan Masjid Agung memiliki julukan “Bale Nyuncung” di kalangan warga.

Adapun ‘Nyuncung’ memiliki arti ‘lancip’ dalam Bahasa Sunda.

Meski dibangun dengan desain dan bahan-bahan bangunan yang sederhana, kesan ‘hegar’, luas dan asri tetap terasa dalam keseluruhan bangunan masjid.

Sebelum seperti saat kini, masjid dilengkapi dengan sebuah kolam besar yang difungsikan sebagai tempat berwudu. Kolam tersebut juga konon pernah digunakan sebagai sumber air untuk memadamkan kebakaran.

Sejak awal didirikannya, masjid yang terletak berhadap-hadapan dengan Bale Bandoeng atau Pendopo Kota Bandung. Beberapa pihak menyebut masjid telah mengalami 8 kali perombakan.

Tiga perombakan terjadi di abad ke-19, sementara lima perombakan dilaksanakan di abad ke-20. Dinding bilik bambu pun diganti menjadi kayu pada 1826.

Pada tahun 2000an, renovasi besar-besaran dilakukan oleh Gubernur Jabar saat itu, H.R. Nuriana.

Atap masjid yang berbentuk joglo bertingkat tersebut diubah menjadi kubah besar seperti saat ini. Atap limas tersebut diganti menjadi kubah besar berbentuk setengah bola dengan diameter sepanjang 30 meter.

Tak hanya itu, kini masjid tersebut memiliki dua menara yang dapat dinaiki. Dan sejak renovasi diresmikan pada 4 Juni 2003 oleh H.R. Nuriana, nama ‘Masjid Agung’ pun kemudian diubah menjadi ‘Masjid Raya Jawa Barat’.

Sedangkan Masjid Agung Kota Bandung kini disandang oleh Masjid Al Ukhuwah Jalan Wastukancana. (rls)