Bandung – Silih asah, silih asih, silih asuh merupakan ungkapan yang lahir dari kearifan masyarakat sunda.
Ungkapan ini tidak asing bagi masyarakat sunda karena telah menjadi falsafah hidup yang harus terus dibumikan dimanapun dan kapanpun sehingga merupakan satu kesatuan sikap, nilai dan rukun hidup yang harus dijiwai oleh masyarakat dalam menjalankan kehidupannya demi terwujudnya masyarakat yang kuat, cerdas, egaliter dan saling menebar cinta kasih sesama.
“Dalam Sunda ada silih asah, silih asih dan silih asuh, saya tambahkan silih wawangi, saling mendukung saling memberikan supot sehingga nanti banyak orang Sunda berada di kancah nasional, tokoh tokoh nasional baik formal maupun informal itu harapan kami,” ucap Penjabat Gubernur Jawa Barat, Mochamad Iriawan.
Dalam sambutannya di acara Milangkala ke-105 Paguyuban Pasundan, Iriawan berharap, dengan adanya falsafah ini akan terwujudnya serta rasa optimis masyarakat Sunda di manapun berada yang selalu menjaga rasa santun kepada yang lain.
“Memang orang Sunda santun. ‘Punten abdi ti payun,’ kita ubah menjadi hapunten abdi tipayun, (Maap saya mendahului), itulah sopannya orang Sunda. Banyak mengalah, mengalah untuk kebaikan itu baik, tapi mengalah untuk kompetisi kita jangan mengalah,” tegasnya, di Bandung, Sabtu (28/7/2018).
M. Iriawan menambahkan, ada berbagai upaya yang bisa dilakukan orang Sunda untuk menjadikan mereka lebih baik dan memajukan orang Sunda di berbagai sektor kehidupan di masyarakat baik di tingkat nasional maupun internasional.
“Upaya untuk orang Sunda salah satunya dengan acara ini, dan kami mendorong di tempat-tempat lain dimana banyak orang Sunda dengan bidang masing-masing, baik di NTB maupun daerah lain,” pungkasnya.***
Suparno Hadisaputro/ LPS PRSSNI Bandung