KILASBANDUNGNEWS.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus berusaha memberikan layanan pendidikan bermutu bagi masyarakat. Salah satu upayanya yaitu menambah rintisan sekolah baru untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat.

Sekolah rintisan dibangun untuk dapat menampung lulusan SD masuk ke SMP Negeri. Dari data Dinas Pendidikan (Disdik), lulusan SD negeri dan swasta pada tahun ajaran 2019 lalu sebanyak 40.867 orang. Sementara SMP negeri di Kota Bandung yang ada saat ini hanya menampung 17.216 orang di 65 sekolah.

Kepala Bidang Pembinaan dan Pengembangan Sekolah Menengah Pertama Disdik Kota Bandung, Hadiana Soeriatmadja mengatakan, jumlah siswa yang tertampung ke SMP tersebut sudah terakomodir oleh tujuh sekolah rintisan baru.

“Makanya akselerasi dalam jumlah negeri. Karena upaya optimal sekolah rintisan itu menyamakan antara negeri dan swasta dan mendorong masyarakat untuk sekolah tidak melihat negeri atau swasta,” kata Hadiana, Sabtu (30/12/2019).

Hadiana menuturkan, sejak 2018 lalu, Pemkot Bandung membuat lima rintisan sekolah baru. Dari lima sekolah baru tersebut sudah mampu menyerap peserta didik sebanyak 640 murid.

Pembuatan sekolah rintisan ini, Disdik Kota Bandung masih mengoptimalkan bangunan SD yang sudah tidak dipergunakan lagi.

Sebagai contoh, SMP 59 di SD Cicabe, SMP 60 di SD Ciburuy, SMP 61 di Cimuncang, SMP 62 di Kebon Gedang, SMP 63 di SD Cihaurgeulis dengan prinsip mengoptimalkan lahan yang ada di SD tersebut.

“Tapi SD yang sudah ada sebelumnya juga tidak hilang, tetap SD yang berdirinya tetap ada,” terangnya.

Pada 2019 Disdik Kota Bandung kembali membuat sekolah rintisan baru, dengan masih menggunakan model satu atap memanfaatkan lahan SD. Dari dua sekolah ini berhasil merekrut siswa baru sebanyak 192 orang.

“2019 itu dua rintisan sekolah baru ada di SD Sukawarna itu SMP 64 dan SMP 65 itu ada di SMP 48,” jelasnya.

Sekalipun menjadi sekolah rintisan baru, namun Hadiana menegaskan, kualitas SMP yang baru dibuka ini tidak perlu diragukan lagi. Sebab, tenaga pendidiknya juga menggunakan guru yang mengajar di sekolah terdekat dari lokasi SMP rintisan.

“Gurunya memakai sekolah penyangga jadi pakai guru dari sekolah negeri terdekat dari sekolah rintisan. Ada juga guru honor yang pembiayaannya melalui upaya bantuan tamsil (Tambahan Penghasilan). Tidak ada perbedaan kualitas. Pelayanannya standar minimal nasional,” bebernya.

Hadiana mengungkapkan, di 2020 mendatang Didsik Kota Bandung berencana membuat tiga rintisan sekolah baru. Namun, SMP yang hendak dibuat ini tidak lagi memanfaatkan infrastruktur sekolah yang ada, melainkan membangun bangunan baru.

Hadiana menyatakan bahwa pengalaman membuat sekolah rintisan dalam dua tahun terakhir menjadi bekal bagi Disdik untuk mendirikan sekolah dengan model baru. Terlebih setelah mendapat informasi bahwa terdapat lahan milik Pemkot Bandung di beberapa lokasi yang masih belum dimiliki oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain.

“Contohnya ada informasi walaupun baru lisan seperti ada lahan di Lapangan Abra, maka akan difungsikan untuk SMP. Kedua lahan di Binongjati kemungkinan akan dirilik oleh Disdik. Ketiga penggunaan lahan dekat SD Ciburuy, yang notabene peruntukan untuk Puskesmas tapi hasil pendekatan dengan Distaru (Dinas Tata Ruang) kemungkinan bisa dialihkan ke Disdik,” paparnya.

Hadiana mengungkapkan, pembukaan sekolah rintisan baru ini memang harus mempertimbangkan banyak aspek. Selain kebutuhan masyarakat, juga harus dihitung jarak antar sekolah di wilayah tersebut.

“Sekolah rintisan ini tetap tidak menggangggu sekolah terdekat. Bukan hanya sekolah negeri tapi termasuk swasta kita mengevaluasi dan menganalisis sekolah swasta terdekat,” katanya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.