KILASBANDUNGNEWS.COM – Setelah peningkatan kualitas selama empat bulan, aplikasi Ur-Scape berhasil menambahkan data-data tentang gender ke dalam basis datanya. Kini, Pemerintah Kota Bandung bisa menggunakan data gender untuk pengambilan keputusan dalam pembangunan kota.
Aplikasi yang sudah dilengkapi itupun diserahkan secara resmi kepada Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana di Balai Kota Bandung, Senin (2/12/2019).
Ur-Scape merupakan aplikasi perencanaan berbasis data sosial dan spasial. Aplikasi ini merupakan bagian dari program Future Cities Laboratory hasil kerja sama Kota Bandung dengan Asian Development Bank (ADB). Ur-Scape menjadi piranti yang penting untuk membantu para pemangku kebijakan untuk meningkatkan kualitas perencanaan kota.
Sebelumnya, pengembangan Ur-Scape berdasarkan pada data-data kemiskinan di Kota Bandung. Kini, dengan melibatkan ADB Gender Equity Thematic Group, Ur-scape menjadi media pengarusutamaan gender dalam perencanaan ruang kota. Pengarusutamaan pada isu ini menjadi strategi penting dalam upaya memberdayakan perempuan dan mempromosikan kesetaraan gender di kota-kota dunia. Hal tersebut sejalan dengan visi kelima Sustainable Development Goals (SDGs), atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Chief of Gender Equity Thematic Group Sonomi Tanaka mengaku telah berupaya untuk menjadikan sistem ini sebagai media yang mempermudah peningkatan kualitas pembangunan, terutama dalam memperhatikan isu-isu gender.
“Kami sudah tidak sabar ingin melihat bagaimana aplikasi ini bisa diimplementasikan dan dimanfaatkan untuk perencanaan kota,” ujar Sonomi.
Pada sistem terbaru ini, ada empat dimensi pengarusutamaan gender, yaitu mobilitas, aksesibilitas, partisipasi, serta keamanan dan keselamatan. Penerjemahan dimensi itu harus didukung dengan penggunaan data untuk memberikan pengertian yang lebih mendalam tentang konteks dan tantangan yang dihadapi perempuan yang hidup di perkotaan.
Pada dimensi mobilitas, perencanaan kota diharapkan bisa menyediakan moda transportasi yang memfasilitasi para perempuan, terutama bagi mereka yang bekerja atau menjadi kepala keluarga. Dimensi aksesibilitas memberikan ruang bagi perempuan untuk mengakses fasilitas umum, seperti pelayanan infrastruktur dasar (air bersih, toilet khusus perempuan, dsb), fasilitas umum, hingga layanan kesehatan.
Sedangkan dimensi partisipasi, melihat perempuan sebagai subjek dalam pembangunan. Dimensi ini membukakan batas-batas sosial ekonomi yang kerap kali dihadapi oleh para perempuan. Sedangkan dimensi keamanan dan keselamatan bertujuan untuk memberikan kepastian dan rasa aman bagi segala aktivitas perempuan di manapun mereka berada.
Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengaku senang dan amat mengapresiasi bantuan ADB dalam memberikan masukan sekaligus dukungan untuk menciptakan pembangunan kota yang memperhatikan sisi-sisi humanis penghuninya. Pihaknya akan langsung menggunakan aplikasi tersebut untuk mendasari keputusan pembangunan di Kota Bandung.
“Implementasinya begini. Misalnya kita lihat di mana wilayah yang paling terdapat pekerja perempuan, yang mereka juga menjadi kepala keluarga, di mana kepala keluarga yang paling miskin, di mana daerah yang akses transportasinya masih kurang, dan sebagainya. Dari data itu kita bisa menentukan di mana baiknya kalau misalkan Pemkot Bandung mau menyediakan bus khusus perempuan,” beber Yana.
Ia menginstruksikan jajarannya untuk terus memperbaharui data-data yang dibutuhkan untuk pengembangan aplikasi ini. Semakin lengkap data yang diterima, menurutnya akan semakin tinggi kualitas kebijakan yang bisa diambil oleh pimpinan daerah.
“Teman-teman kepala dinas tinggal melengkapi data saja sesuai yang dibutuhkan. Karena tentu kita ingin agar segala keputusan pembangunan kita tepat guna dan tepat sasaran. Jadi kita bisa menggunakan uang rakyat secara efektif dan efisien,” ucapnya.***