Bandung – Kota Bandung adalah salah satu kota di Indonesia yang memantik gagasan kota cerdas. Hal itu membuat Bandung terus bereksplorasi untuk menemukan formula yang tepat untuk mewujudkan impian menjadi smart city.
Untuk itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) membuat permodelan smart city dalam skala kecil dalam satu wilayah tertentu. Model ini disebut dengan Smart City Living Lab.
“Kalau skalanya satu kota kan besar, nah kalau satu daerah bisa mengetahui masalah dan bisa terselesaikan dengan potensi yang ada di situ,” ujar Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bandung Ahyani Raksanagara di Balai Kota Bandung, Jumat (15/3/2019).
Kedua pihak tengah mengkaji daerah yang memungkinkan untuk menjadi lokasi pemodelan. Di lokasi ini, ITB dan Pemkot akan melaksanakan serangkaian percontohan terhadap ekosistem lingkungan dan sosial sesuai dengan Model Kematangan Kota Cerdas.
“Alternatif lokasinya ada di Jalan Sumatera yang dapat dikendalikan kewenangannya oleh Pemkot. Titik lainnya di Jalan Sultan Agung, tapi di situ ada SMA yang kewenangannya agak menyulitkan untuk koordinasi,” katanya.
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk menentukan lokasi Smart City Living Lab. Setidaknya, lokasi itu harus memenuhi aspek-aspek smart economy, smart transportation, hingga smart living.
Sebagai leading sector penerapan smart city di Kota Bandung, Ahyani memahami bahwa perwujudan kota cerdas bukan sekadar seberapa banyak aplikasi atau komputasi yang menunjang kinerja pemerintahan, atau seberapa banyak kehidupan masyarakat yang beralih ke skema digital.
“Intinya kita ingin masyarakat mengerti seperti apa wujud smart city sebetulnya. Smart citu kan bukan hanya soal aplikasi atau digital,” imbuhnya.
Lebih jauh, kata Ahyani, permodelan ini ingin melihat sejauh mana smart city bisa mengubah paradigma masyarakat menjadi lebih cerdas dengan perubahan perilaku dan budaya menjadi lebih maju dan beradab. Hal itu dilihat dari berbagai sektor, mulai dari ekonomi, transportasi, keamanan, dan lain-lain.
“Nanti ada perubahan perilaku, cara menyeberang jalan, cara membuang sampah, pedagangnya lebih bersih, lebih tertata, parkir nggak ada yang ilegal, mesin parkir dimanfaatkan, bike sharing dimanfaatkan. Jadi sebenarnya itu lebih ke situ,” katanya.
Ahyani belum menyebutkan waktu pemodelan ini akan dimulai. Saat ini, ia masih meminta ITB untuk mengkaji demografi dan geografi terhadap beberapa lokasi yang menjadi alternatif.***