Kota Bandung Bertekad Cegah Stunting

Wali Kota Bandung Oded M. Danial menandatangani deklarasi dan komitmen upaya percepatan pencegahan anak kerdil (stunting) dalam acara Rapat Koordinasi Teknis Dalam Mendorong Konvergensi Program Percepatan Pencegahan Stunting di Wilayah Prioritas di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (3/10/2019).

BANDUNG, KilasBandungNews.com – Wali Kota Bandung, Oded M. Danial menandatangani deklarasi dan komitmen upaya percepatan pencegahan anak kerdil (Stunting) di Hotel Borobudur Jakarta, Kamis (3/10/2019). Dengan dekralasi ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung akan lebih serius mencegah stunting.

Penandatanganan deklarasi ini dilakukan pada rapat koordinasi teknis dalam mendorong konvergensi program percepatan pencegahan stunting di wilayah prioritas. Selain Wali Kota Bandung, sebanyak 104 Bupati/Wali Kota juga menandatangani komitmen yang sama.

Usai mengikuti rapat koordinasi tersebut, Oded M. Daniel mengatakan, Pemkot Bandung melalui Dinas Kesehatan dan dinas terkait lainnya akan terus berupaya melakukan pencegahan dini. Di antaranya dengan menyosialisikan pencegahan stunting kepada masyarkat khususnya para orang tua melalui Posyandu dan program lainnya.

“Kami terus menyosialisasikannya. Dengan dinas terkait kita terus memberikan penyuluhan dan pengetahuan kepada orang tua melalui Posyandu yang rutin digelar di kewilayahan. Kita harus kerja keras menekan risiko Stunting pada anak di Kota Bandung,” ucap Oded.

Oded mengakui, permasalahan Stunting memerlukan kerja sama bersama. Di Kota Bandung menurut data terakhir melalui program Bulan Penimbangann Balita (BPB) ada sekitar 8500 penderita stunting.

“Kita didorong oleh pemerintah pusat harus lebih memperhatikan permasalahan ini. Data yang saya dapatkan terlahir bulan Februari sebanyak 8500 atau sekitar 8 persen dari 105.000 balita yang ditimbang. Kita akan tekan terus untuk menurunkannya bahkan menghilangkannya,” tegasnya.

Pemkot Bandung terus berupaya melalui kegiatan Posyandu dan akan menyinergikan dengan puskesmas untuk selalu menjelaskan stunting kepada ibu hamil.

“Upaya terus kami lakukan melalui kegiatan Posyandu. Karena, permasalahan stunting dapat dimulai sejak kandungan sampai 1.000 hari umur anak tersebut atau sekitar 2 tahun. Maka dari itu, kita akan sinergikan dengan puskesmas,” katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Bandung, Henny Rahayu Ningtyas menjelaskan, pihaknya telah memiliki sejumlah program pencegahan stunting.

“Kami di dinas kesehatan secara rutin melayani pemeriksaan kepada ibu hamil. Kami selalu memberikan penyuluhan tentang pentingnya ASI eksklusif sampai umur bayi 2 tahun,” ujarnya.

Deputi Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Sekretariat Wakil Presiden, Bambang Widianto mengatakan,  program percepatan pencegahan stunting dapat terwujud apabila pemerintah pusat dan daerah fokus menangani masalah ini secara bersama-sama.

Ada lima pilar penting yang harus dilakukan agar semua program pencegahan stunting bisa sukses berjalan. Kelimanya yaitu komitmen pemimpin, kampanye perubahan perilaku, konvergensi program, akses pangan bergizi, pemantauan dan evaluasi program.

Bambang optimis jika kelima pilar tersebut berjalan sesuai rencana tingkat stunting dapat diturunkan ke level 19,48% pada tahun 2024. Saat ini, prevalensi stunting di Indonesia masih berada pada angka 30,8%.

Walau pun bukan termasuk penyakit, stunting tidak bisa dipandang sebelah mata. Anak dengan kondisi stunting cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah dibanding anak yang tumbuh optimal.

“Stunting tidak bisa diremehkan ataupun dibiarkan karena sangat merugikan. Kita harus cegah bersama,” tuturnya.***