Bandung – Ketua Dekranasda Kota Bandung, Siti Muntamah Oded bertekad mewujudkan pengolahan limbah menjadi produk manufaktur berskala besar di Kota Bandung. Menurutnya, hal itu sejalan dengan program Kangpisman (Kurangi, pisahkan, dan manfaatkan) yang saat ini tengah dikampanyekan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung.
Keinginan tersebut muncul setelah pegiat Dewan Serat Indonesia, Farri Aditya berbicara pada rangkaian Musyawarah Daerah Dekranasda Provinsi Jawa Barat di Aston Cirebon Hotel & Convention Jl. Brigjen Dharsono No 12C, Sabtu (8/12/2018).
Pada paparan itu, Farri mengungkapkan bahwa segala bentuk limbah jika diolah menggunakan metode yang tepat dapat memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Contohnya adalah limbah kain yang banyak diperoleh dari pabrik sandang. Dalam sehari, setidaknya 10 ton limbah kain dapat diolah menjadi produk perangkat otomotif dan peredam suara berkualitas tinggi.
Hal yang harus dibangun untuk mewujudkan hal tersebut adalah komitmen yang kuat dari pemerintah daerah untuk terus mendorong masyarakat agar bisa menemukan dan mengelola potensi yang ada. Sebab potensi tersebut tersebar di seluruh wilayah Jawa Barat.
“Di Bandung itu banyak yang produksi baju yang kain-kain bekasnya kadang dibuang. Itu bisa dikumpulkan. Di Ciamis, misalnya, ada limbah sabut kelapa yang pemanfaatannya belum optimal. Itu bisa terus didorong,” tutur Farri.
Siti Oded, atau yang biasa disapa Umi, merasa tergerak untuk mengolah potensi itu di Kota Bandung. Dengan begitu, visi pengolahan sampah melalui Kangpisman bisa terakselerasi.
“Kalau kita hubungkan dengan yang dilakukan oleh Pak Wali Kota dan Pak Wakil Wali Kota Bandung hari ini tentang gerakan Kangpisman menjadi inspirasi bahwa salah satu yang terpenting adalah bagaimana Bandung mampu menjadi kota zero waste. Mendaurulang tetapi bernilai kerajinan dan ekonomis,” ujar Umi.
Tak hanya itu, Umi juga ingin menghidupkan kembali ikon bunga patrakomala dan burung cangkurileung di Kota Bandung. Pasalnya, banyak yang tidak tahu tentang kedua ikon kota itu.
Ia akan mendorong agar para perajin kerajinan tangan terus memunculkan patrakomala dan cangkurileung dalam karya-karya mereka. Hal itu akan efektif untuk memperkenalkan kedua ikon kepada masyarakat.
“Sebaiknya memang hasil kerajinan itu menceritakan bahwa ikon kota Bandung adalah patrakomala dan cangkurileung. Jadi bisa menjadi inspirasi untuk mengembangkan kreativitas mereka,” kata Umi seperti dilansir Humas Pemkot Bandung.***