Bandung – Berbagai informasi yang belum tentu kebenarannya (hoax) saat ini banyak tersebar di sejumlah media termasuk media sosial pasca bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi di wilayah Donggala, Palu dan Mamuju, Sulawesi Tengah.
Kepala Biro Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Ferdinandus Setu mengatakan, sejak Sabtu (29/9) lalu Menkominfo telah melakukan pemantauan atas konten negatif yang beredar di jaringan internet baik melalui situs maupun media sosial dan platform chatting.
“Kita temukan konten yang berisi informasi hoaks yang beredar, diantaranya hoaks Bendungan Bili-Bili di Kab. Gowa retak, faktanya bendungan Bili-Bili masih dalam keadaan aman dan terkendali setelah dilakukan pengecekan oleh pihak Polsek Mamuju Gowa,” ucapnya.
Menurut Ferdinandus ada juga hoaks korban musibah. Faktanya, foto yang digunakan tersebut adalah foto kejadian gempa tsunami Aceh 26 Desember 2004 yang disebarluaskan kembali sebagai dokumentasi korban gempa tsunami Palu serta hoaks Wali Kota Palu Hidayat meninggal.
“Selain itu, beredarnya hoax gempa bumi susulan, tidak ada satu pun negara di dunia dan iptek yang mampu memprediksi gempa secara pasti,” kata Ferdinandus dalam keterangan resminya di Bandung, Rabu (3/10/2018).
Beredar lagi informasi hoax yang menyatakan terjadi gempa bumi susulan pada 2 Oktober 2018. Faktanya, tidak ada satu pun negara di dunia dan iptek yang mampu memprediksi gempa secara pasti.
Menyikapi permasalahan tersebut, Ferdinandus menghimbau agar seluruh masyarakat untuk tidak mudah mempercayai dan menyebarluaskan informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya atau tidak jelas sumbernya.
“Jika ada informasi yang diduga mengandung hoaks, masyarakat dapat melaporkannya melalui laman aduankonten.id, email aduankonten@kominfo.go.id atau mention ke akun twitter @aduankonten,” tuturnya.***
Rep: Suparno Hadisaputro