Bandung – Menjelang musim hujan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung memberikan perhatian khusus untuk masalah banjir terutama untuk wilayah Kota Bandung bagian Timur. Pasalnya, kawasan ini merupakan dataran terendah bekas Cekungan Danau Bandung Purba dan tidak jarang dilanda genangan air bahkan banjir.
Camat Panyileukan, Hamdani mengaku, telah melakukan berbagai upaya dari jauh-jauh hari. Selain mengandalkan tol air Cinambo dan danau retensi dari wilayah tetangga khususnya Gedebage, kini Kecamatan Cinambo memiliki komunitas bernama Dona Safitri. Komunitas ini terbentuk sebagai bentuk pengerahan masyarakat.
“Komunitas Dona Safitri alias donasi untuk sungai Cisalatri ini terdiri dari 14 RW atau sekitar 17.000 orang warga Cipadung Kidul. Tujuannya untuk menjadikan sungai bisa berfungsi sebagaimana mestinya,” tutur Hamdani saat Bandung Menjawab di media lounge Balai Kota, Jalan Wastukancana, Kota Bandung, Selasa (16/10/2018).
Pembentukan komunitas itu, sebut dia, tidak lepas dari kejadian banjir yang menimpa 12 dari 14 RW di kelurahan tersebut pada 2016 silam. Sebagai cucu sungai Citarum, terdapat enam cicit sungai yang bermuara ke sungai Cisalatri. Bentuk kegiatan komunitas ini di antaranya melakukan normalisasi sungai.
“Awalnya mendapat pertentangan dari warga. Tapi setelah kami yakinkan bahwa komunitas ini penting bagi penanganan banjir akhirnya warga pun sadar. Komunitas Dona Safitri telah berkolaborasi dengan jurig cai dan pasukan katak dari Dinas Pekerjaan Umum (DPU). Bahkan sampai mendatangkan alat berat untuk mengurangi sedimentasi,” terangnya.
Di samping upaya itu, pihaknya pun mengajukan dua lokasi untuk menjadi danau retensi sebagai tempat penampungan air dan pengendali banjir. Lokasi itu adalah 5 hektare di pintu masuk perumahan Bumi Panyileukan dan 7.000 meter persegi di ujung dekat perbatasan dengan kecamatan Gedebage.
“Sudah ada komunikasi antara komunitas warga dengan DPU dan Komisi B. Alhamdulillah direspon positif. Mudah-mudahan Pemkot Bandung bisa merealisasikannya melalui dinas atau instansi terkait,” harapnya.
Dalam jangka panjang, Hamdani berharap pembangunan danau retensi di kawasan masjid terapung Al-Jabbar dan ground tank di depan pasar induk Gedebage terealisasi.. Keduanya akan sangat berpengaruh terhadap besarnya limpasan air hujan yang masuk ke wilayah Panyileukan.
“Kami katakan banjir kalau air sudah di atas satu meter. Kalau masih di bawah lutut, itu namanya cileuncang. Begitupun manakala air tidak masuk ke rumah warga artinya tidak banjir. Musim hujan mendatang akan menjadi ujian bagi berbagai upaya yang telah kami lakukan. Mudah-mudahan tidak ada lagi banjir di Panyileukan,” imbuhnya.
Kecamatan tetangga yaitu Kecamatan Gedebage juga telah melakukan berbagai upaya. Camat Gedebage, Bambang Sukardi menjelaskan saat ini sudah ada pintu air, rumah pompa untuk membuang air yang ada di lingkungan langsung ke Cinambo, dan program Citarum Harum pun turut membantu menangani persoalan banjir.
“Normalisasi saluran sudah dilakukan dari mulai drainase sampai sungai Cinambo. Pembangunan danau retensi 7 hektare dengan kedalaman 3-6 meter. Pada intinya Gedebage siap hadapi musim penghujan,” katanya.***