KILASBANDUNGNEWS.COM Jakarta – Kepuasan atas kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) anjlok dalam survei Indikator Politik Indonesia. Pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI Hendri Satrio atau Hensat membeberkan 2 solusi demi mengatasi anjloknya kepuasan atas kinerja Jokowi.
Awalnya, Hensat berbicara terkait penyebab anjloknya kepuasan atas kinerja Jokowi. Dia menduga penyebabnya faktor ekonomi masyarakat.
“Penyebabnya yang jelas hal-hal yang ada kaitannya dengan kebutuhan ekonomi masyarakat, naiknya harga barang pokok, kelangkaan minyak goreng, tentang tenaga kerja, ya memang belum pulih benar dari COVID ya, tapi faktor ekonomi pasti masih menjadi handicap terbesar pemerintah dalam membahagiakan masyarakat,” kata Hensat kepada wartawan, Rabu (18/5/2022).
“Solusinya menurut saya ada 2, pertama perbaikan tim, jadi kalau Pak Jokowi merasa ada hambatan hambatan dalam pelaksanaan program program kerjanya, walaupun tinggal 2 tahun lagi, kalau mau reshuffle ya reshuffle aja, karena hanya dengan pergantian pemain itu bisa dijaga kemenangan Pak Jokowi atau prestasi Pak Jokowi yang baik selama beliau menjadi presiden,” jelasnya.
“Karena sejarah tidak pernah mencatat keberhasilan dan kegagalan menteri tetapi keberhasilan dan kegagalan presiden, itu pertama reshuffle,” lanjut dia.
Hensat menyampaikan solusi lainnya yakni melaksanakan program-program ekonomi. Menurutnya, pemerintah harus mulai memprioritaskan program ekonomi dan menghentikan program ad hoc yang memakan biaya besar.
“Kedua mulai konsentrasi untuk melaksanakan program-program ekonomi dan tidak memaksakan program-program yang sifatnya ad hoc tetapi membutuhkan biaya besar seperti IKN gitu ya, ini menurut saya harus segera dilakukan Jokowi selain IKN juga memperbaiki omnibus law yang nyata-nyata tidak berpihak kepada buruh itu juga harus dilakukan perbaikan sesuai permintaan MK,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi memaparkan faktor terbesar ketidakpuasan itu datang dari isu harga kebutuhan pokok yang melonjak. Dia mengulas ketidakpuasan yang sebelumnya datang dari isu kesehatan saat kasus COVID tak terkendali dan masalah lapangan pekerjaan.
“Ada 35% masyarakat yang mengatakan tidak puas terhadap kinerja Pak Jokowi. Apa alasan utamanya, clear, masalah harga-harga kebutuhan pokok meningkat. Sebelumnya itu yang paling tinggi (faktor ketidakpuasan) seperti zaman COVID sedang merajalela itu adalah COVID. Setelah COVID mulai bisa terkendali, itu isunya yang dianggap penting dan jadi sumber ketidakpuasan adalah penciptaan lapangan pekerjaan, sekarang adalah harga pokok meningkat,” kata Burhanuddin dalam konferensi pers virtual. ( sumber : detik.com )