Kawasan Bebas Sampah di Kota Bandung Terus Meluas

Bandung – Setelah Wali Kota Bandung, Oded M Danial mencanangkan program Kangpisman (Kurangi Pisahkan dan Manfaatkan Sampah), aparat kewilayahan semakin gencar menangani sampah. Salah satunya di RW 9 Kelurahan Sukamiskin Kecamatan Arcamanik yang telah menjadi Kawasan Bebas Sampah.

Di RW 9, hampir 50 persen sampah rumah telah dipilah dipilih sampai diproses menjadi beberapa kebutuhan yang bermanfaat untuk masyarakat.

Untuk mencapai kawasan bebas sampah, wilayahnya menerapkan beberapa gerakan seperti menghadirkan Keranjang Takakura setiap rumah, biodigester, biopori, gerobak sampah, komposter dan bank sampah.

“Setelah Wali Kota mendorong kewilayah untuk mengembangkan potensi kebersihan, maka Arcamanik pun langsung bergerak. Saat ini masyarakat berupaya maksimal untuk memproses sampah di pusat (rumah),” kata Camat Arcamanik, Firman Nugraha pada Kegiatan Bandung Menjawab di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana, Selasa (6/11/2018).

Firman juga mewajibkan 4 Kelurahan di wilayahnya (Cisaranten Kulon, Cisaranten Bina Harapan, Sindang Jaya dan Sukamiskin) memiliki Bank Sampah.

“Untuk di Kantor Kecamatan Arcamanik sekitar 75 pegawai menjadi nasabah bank sampah. Kita dorong kepda ASN maupun pegawai outsourcing untuk memilah dan memilih sampah di rumah masing-masing dan kumpulkan di bank sampah,” ujar Firman.

Sementara itu, Ketua RW 09 Kelurahan Sukamiskin, Dandan mengatakan, lingkungan yang ia bina telah menjadi lingkungan yang bebas sampah. Hal iti karena warganya mampu memproses sampah hingga menjadi bermanfaat.

Di wilayahnya, sampah telah diolah menggunakan biodigester sehingga mempercepat pembusukan bahan organik terbentuk biogas dan senyawa-senyawa lain yang dihasilkan melalui pembusukan anaerob. Biogas tersebut dapat digunakan untuk bahan bakar memasak. Alat tersebut setiap RW di Kelurahan Sukamiskin sudah menerapkannya dengan menggunakan anggaran dari dana PIPPK (Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan Kewilayahan).

Selain itu, lanjut Dandan, sampah juga disimpan di biopori dan menjadi pupuk.

“Ketiga, menerapkan komposter. Hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat sehingga menghasilkan pupuk. Dan terahir Bank sampah untuk mendorong masyarakat rajin memilah dan memilih sampah,” akunya.

“Dengan kegiatan ini, 50 persen pengurangan sampah di lingkungan kami. Manfaat dari sampah mampu menghasilkan pupuk. Itu dijual untuk kebutuhan di kecamatan maupun kelurahan,” lanjutnya.

Hasilnya, kini sampah di wilayah tersebut diangkut 2 hari sekali. Sedangkan sebelumnya setiap hari.***