KILASBANDUNGNEWS.COM – Dinas Pertanian Kabupaten Bandung menemukan kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di empat kecamatan. Saat ini upaya pengendalian tengah dilakukan agar peyakit yang menyerang hewan ternak itu tidak semakin menyebar.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Tisna Umaran kasus PMK itu ditemukan di kantong ternak sapih perah yang berada di empat kecamatan.

“Sampai dengan tanggal 18 Mei 2022, sudah ditemukan kasus yang diduga PMK di empat kecamatan dengan 5 desa di lokasi kantong ternak sapi perah, yang kemungkinan akan menyebar dengan cepat jika tidak segera dilakukan tindakan pengendalian,” ujar Tisna dalam rilis yang diterima detikJabar, Kamis (19/5/2022).

Tisna menuturkan morbiditas ditingkat kandang pada empat kecamatan tersebut saat ini berkisar 0.75 persen sampai 2.2 persen. Dengan itu, kata dia, mayoritas temuan berada di sapi perah.

“Empat kecamatan yang diduga ada kasus PMK yaitu, Kecamatan Kertasari, Desa Tarumajaya (sapi perah) dengan Morbitidas 0.33 persen, Kecamatan Pangalengan Desa Margamekar (sapi perah) morbitidas 2/19 2.2 persen, Kecamatan Pasir jambu, Desa Mekarmaju dan Desa Cibodas ( sapi perah) Morbitidas 9/120 0,75 persen, dan Kecamatan Cimenyan Desa Mekarmanik (sapi potong),” katanya.

Tisna menilai morbiditas di empat kecamatan tersebut masih rendah. Dengan itu, kata dia, saatnya Dinas Pertanian melakukan pengendalian mengenai hal tersebut.

“Masih cukup rendah, sehingga inilah golden time untuk melakukan pengendalian, berdasarkan hasil temuan di lapangan, faktor penyebaran penyakit bukan hanya dari hewan ternak yang dilalulintaskan antar Kabupaten atau Provinsi, tapi juga hewan yang berada di dalam Kabupaten Bandung,” jelasnya.

Dengan adanya temuan tersebut, Tisna mengungkapkan saat ini akan melakukan beberapa upaya dalam menangani hal tersebut. Salah satunya adalah dengan menerbitkan surat edaran.

“Kita akan menerbitkan SE ke kepala dinas, rakor internal petugas, melaksanakan pengawasan lalu lintas ternak di pasar hewan , RPH dan peternak, pengawasan tindak karantina terhadap hewan masuk yang tanpa memiliki SKKH dan berasal dari daerah tertular/resiko tinggi (terindikasi) dan melakukan pengobatan terhadap ternak yang sakit/ suspect PMK,” ucapnya.

Pihanya mengimbau masyarakat untuk tidak terlalu panik dalam menghadapi fenomena PMk di Kabupaten Bandung. Menurutnya hal tersebut tidak menyebar ke manusia.

Langkah Peternak Ciamis Hadapi PMK
Berbagai cara dilakukan berbagai pihak untuk mencegah wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Seperti yang dilakukan oleh Heri Irawan, peternak di Desa Ciharalang, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, yang memiliki cara tersendiri agar ternak sapi miliknya terbebas dari penyakit.

Heri memiliki ramuan tradisional khusus untuk menjaga kesehatan dan stamina hewan ternaknya. Ramuan yang sudah lama digunakan di Peternakan Sapi Berkah Super Pedet (BSP Farm) ini sangat efektif untuk mencegah berbagai penyakit hewan salah satunya PMK.

Ramuan tradisional ini terbuat dari rempah-rempah, air kelapa muda, telur ayam kampung, gula aren dan daun hantap. Menurut Heri, ramuan ini menjadi obat alami untuk menjaga daya tahun tubuh ternak.

“Untuk menjaga kesehatan dan stamina sapi, kita siapkan jamunya. Air kelapa muda gula aren telor ayam kampung dan rempah-rempah, antisipasi sapi sakit,” ujar Heri, Kamis (19/5/2022).

Ramuan tersebut diberikan kepada sapi secara rutin minimal dua minggu sampai sebulan sekali. Ataupun sesuai kondisi sapi, ketika terlihat ada yang menunjukkan gejala sakit langsung diberikan ramuan itu secara berkala hingga sembuh.

“Alhamdulillah, ramuan ini sudah lama kami gunakan untuk menjaga ternak agar tidak sakit. Selama ini kami tidak pernah menggunakan obat-obatan kimia,” ucapnya.

Selain menjaga kesehatan sapi dengan ramuan tradisional, Heri pun secara rutin menjaga kebersihan kandang. Mengingat, kebersihan kandang menjadi salah satu faktor timbulnya penyakit hewan ternak. Juga Memandikan hewan ternak dengan rutin.

“Jadi kandang harus benar-benar bersih kalau tidak mau sapi terserang penyakit. Jadi adanya wabah ini harus menjadi pelajaran bagi peternak untuk menjaga kebersihan kandang dan berikan ramuan tradisional. Minimalisir penggunaan kimia,” jelasnya.

Heri mengakui adanya wabah PMK berpengaruh terhadap penjualan ternaknya. Meski harga sapi cukup tinggi sekitar Rp 20 juta per ekor untuk daging 80 kilogram.

“Mudah-mudahan wabah PMK ini tidak menyebar dan segera berakhir,” pungkasnya. (Sumber : Detik.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.