KILASBANDUNGNEWS.COM – Kota Bandung merupakan kota dengan bencana alam lengkap dan masuk program skala prioritas nasional pengurangan risiko bencana. Sayangnya, warga tidak menyadari semua jenis bencana yang bisa menimpa daerah berpopulasi 2,5 juta penduduk itu. Demikian diungkapkan Kasubdit Perencanaan Tata Ruang dan LH Bapelitbang Kota Bandung, Andry Heru Santosa.
“Masayarakat Kota Bandung khususnya, selama ini hanya mengenal kotanya sebagai langganan bencana alam banjir, padahal ada sejumlah bencana alam lain yang sewaktu-waktu bisa terjadi dan mengancam jiwa,” ujar Andry, seperti dikutip Pikiran Rakyat, Rabu (11/12/2019).
Selain banjir, menurut Andry, belakangan warga Kota Bandung mulai dikhawatirkan dengan akan terjadinya gempa yang diakibatkan pergeseran Sesar Lembang yang memanjang dari timur ke barat sepanjang 29 kilometer. Selain gempa dari Sesar Lembang, Kota Bandung juga dekat dengan gunung berapi yang masih aktif, sehingga rawan gempa bumi akibat letusan gunung.
Selain itu, bencana yang mungkin terjadi di Kota Bandung adalah tanah longsor, kebakaran, dan likuifaksi akibat pembangunan pemukiman yang terus terjadi tidak hanya dipusat kota, tetapi juga hingga perbukitan.
Terhadap ancaman bencana yang akan dialami warga Kota Bandung, menurut Andry, Bapelitbang telah menyusun sejumlah strategi.
“Nantinya akan ada peta tentang mitigasi bencana dan melengkapi pemetaan daerah-daerah mana saja yang rawan bencana. Apabila nanti ada yang membangun, kita tahu tata ruangnya di mana dan rentan bencana apa, serta persiapan bencananya seperti apa,” tambah Andry.
Sementara Analis Bencana Bidang Penanggulangan Bencana di Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DPKPB) Kota Bandung, Asep Saepudin mengungkapkan, meski Kota Bandung rawan sejumlah bencana, namun kesiapsiagaan belum dilakukan.
“Yang paling banyak belum dilakukan adalah jalur evakuasi. Kalau terjadi bencana seperti di gedung atau bangunan tinggi, ke mana harus menyelamatkan diri, masih banyak gedung pemerintah maupun swasta yang belum membuat jalur evakuasi dan juga titik kumpul,” ujar Asep.
Ditegaskan Asep, masyarakat urban di Bandung sudah harus menyadari mengenai mitigasi bencana alam dan kebakaran. Karena saat terjadi bencana alam, warga tidak dapat sepenuhnya mengandalkan bantuan dari Tim SAR. Secara teori, kemungkinan selamat karena bantuan petugas persentasenya hanya 1 persen, selebihnya dari upaya diri sendiri yang harus cekatan.***