Jabar Jadi Salah Satu dari 15 Provinsi yang Dipantau Harga Kebutuhan Pokoknya

KILASBANDUNGNEWS.COM – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Indag) Jawa Barat aktif melakukan pemantauan harga barang kebutuhan pokok karena menjadi satu dari 15 provinsi yang menjadi pantauan utama perkembangan harga.

Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Indag Jawa Barat Eem Sujaemah mengatakan,  Jabar termasuk 15 provinsi pantauan utama selain DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan lain-lain.

Saat ini, pihaknya aktif melakukan pengendalian inflasi melalui pengawasan harga dan stok barang pokok di Jawa Barat menjelang Natal 2019 dan Tahun Baru 2020.

“Berdasarkan data pantauan harga selama periode 2019, perkembangan harga barang kebutuhan pokok cukup stabil, kecuali komoditas cabai. Dibanding data Bahan Pokok Nasional, harga di Jawa Barat sebagian besar relatif lebih murah.  Untuk cabai merah, cabai rawit dan bawang merah, Jawa Barat relatif lebih mahal dibanding nasional,” tuturnya seperti dilansir Pikiran Rakyat, Kamis (19/12/2019).

Eem mengatakan, harga cabai mengalami lonjakan harga pada Juli 2019 lalu diakibatkan kemarau berkepanjangan dan serangan penyakit. Kondisi ini menyebabkan stok cabai ke pasar di Jawa Barat berkurang.

“Yang diperkirakan naik pada Desember ini telur ayam broiler dan bawang merah, karena stoknya di Jawa Tengah defisit,” katanya.

Terkait harga beras rata-rata yang diwakili oleh jenis IR64/II, saat ini lebih stabil bahkan cenderung rata-rata lebih rendah dari harga nasional.

Eem menambahkan, untuk komoditi bahan pokok lainnya terpantau stabil mulai Januari-November. “Mudah-mudahan tidak ada lonjakan sampai akhir tahun 2019 nanti,” kata Eem.

Kadis Indag Mohammad Arifin Soendjayana mengatakan, pihaknya menggandeng retail guna memastikan gejolak kenaikan harga barang pokok tetap terkendali.

Pihaknya meminta agar kondisi ini terus terjaga, pihak Asosiasi Aprindo menjadi stabilisator harga kebutuhan.

“Karena kalau ritel turun yang lain juga mengikuti. Mudah-mudahan terkendali pasokan aman baik untuk retail dan pasar tradisional,” ujarnya.

Arifin mengatakan, permintaan tersebut diyakini bisa efektif mengingat anggota Aprindo di Jawa Barat cukup banyak.

Mengendalikan harga di retail sendiri lebih mudah ketimbang pasar tradisional. “Kalau harga telur gila-gilaan saya cukup bilang ke retail untuk minta turun, karena mereka sudah punya margin,” ucapnya.***