Bandung – Kota Bandung hingga saat ini masih menjadi rumah bagi sejumlah spesies burung liar. Hasil pendataan yang dilakukan Ornitolog dari Universitas Padjadjaran, Johan Iskandar dalam kurun waktu 1980 – 2005 terpantau ada 232 jenis burung dari 45 famili di wilayah Bandung dan sekitarnya.
Namun, seperti yang dikutip dari laman Mongabay, jumlah burung liar terus menyusut hingga seperempatnya dalam satu dekade terakhir, ini dikarenakan pesatnya pembangunan di Kota Bandung yang mendesak keberadaan habitat burung.
Menjadi kehormatan bagi sebuah kota, jika masih ada burung liar yang hidup dan berkembang biak di wilayahnya karena artinya habitat yang tersisa masih mendukung keberlangsungan hidup mereka. Selain itu burung juga menjadi indikator alami untuk mengukur baik buruknya lingkungan, khususnya kualitas air.
Karenanya untuk mengenalkan dan merawat kepedulian anak-anak dan generasi muda terhadap lingkungan khususnya keberadaan burung liar, Managemen Bandung Zoo bekerjasama dengan Burung Indonesia menggelar program No’ong Manuk.
Manager Komunikasi Bandung Zoo, Sulhan Syafii mengatakan, kegiataan pengamatan burung ini menjadi program rutin di Bandung Zoo dan terbuka bagi masyarakat umum.
“Dalam No’ong Manuk, peserta akan diajak berkeliling Bandung Zoo untuk mengamati burung-burung liar yang hidup di kawasan ini,” kata Sulhan, di Bandung Zoo, Senin (22/7/2019).
Menurut Sulhan, di sekitar kawasan Tamansari, tempat Bandung Zoo berada masih ada belasan jenis burung liar yang masih terlihat dan bersarang, antara lain betet biasa (Psittacula alexandri), tekukur biasa (Spilopelia chinensis), cangkurileung atau kutilang (Pycnonotus aurigaster) yang juga merupakan ikon Kota Bandung, serta raja-udang erasia (Alcedo atthis).
“Betet biasa bahkan masuk dalam daftar burung dilindungi dalam Peraturan Menteri LHK Nomor P.20 Tahun 2018,” ucapnya.
Sulhan menambahkan, dengan hanya membayar Rp 50 ribu per orang, peserta No’ong Manuk sudah mendapatkan tiket masuk Bandung Zoo, peminjaman binokular, pemandu, serta LKS atau booklet. Satu kelompok pengamatan minimal terdiri atas 10 orang peserta.
“Untuk rombongan sekolah, maksimal diikuti oleh satu kelas per hari. Peserta umum, maupun dari sekolah yang berminat dapat melakukan pendaftaran dan pembayaran paling telat tiga hari sebelum kegiatan dilaksanakan,” jelasnya.
Informasi selengkapnya mengenai program No’ong Manuk dapat dilihat melalui akun resmi Bandung Zoo di Instagram @bandung_zoo, Facebook Page Bandung Zoo.***