KILASBANDUNGNEWS.COM – Jalan Asia Afrika, Kota Bandung menjadi tempatnya mengais rezeki bagi para seniman costreet player. Setiap hari, rutinitas mereka adalah menghibur orang yang lalu lalang di jalan.
Arief, salah satu seniman costreet player, sudah tiga tahun lebih menjalani rutinitas itu. Dia berpakaian menyerupai tokoh horor, plus dandanan seram.
Selama itu pula, getirnya menjadi costreet player dia dirasakan. Ada masanya ketika para costreet player bermain “kucing-kucingan” dengan petugas Satpol PP.
Kala itu, Pemkot Bandung masih ogah memberi restu jalan Asia Afrika dijadikan lokasi beroperasinya costreet player.
Pada masa itulah, Arief berulang kali terjaring razia. Khotbah petugas yang menyerukan agar dia taat aturan jadi makanan sehari-hari.
Petugas kadangkala bersikap keterlaluan. Alih-alih memberi dukungan moral, justru tekanan psikologis yang didapat.
“Saya pernah dibawa ke kantor, setelah itu saya disuruh buka pakaian dan celana, lalu disuruh lari-lari,” ujarnya saat ditemui di Jalan Asia Afrika, 25 Desember 2019 sore.
Cerita getir lainnya datang dari pengunjung yang kadangkala ogah membayar usai berswafoto. Ucapan terima kasih pun tak Arief dapatkan.
Terima kasih fotonya, begitu sindir saya ke mereka,” ujar Arief.
Meski demikian, hubungan dengan pengunjung sebisa mungkin Arief jaga. Terlebih saat momen libur hari besar.
Pada Natal tahun ini, Arief mengaku beroleh pendapatan lebih. Nominalnya jauh dari hari libur Sabtu-Minggu.
“Lumayan buat makan. Kisaran Rp 500.000 dapet. Momen liburan seperti ini saya suka,” ujarnya.
Dukungan pemerintah sejauh ini baru sebatas melegalkan costreet player. Sejak 2017, tidak ada lagi razia Satpol PP.
Akan tetapi, dukungan yang diharap Arief lebih dari itu. Pemkot Bandung dimintanya agar lebih memperhatikan sarana di sekitar jalan Asia Afrika.
“Harapan saya ada tempat khusus bagi para costreet player agar semuanya berkumpul di situ,” katanya.
“Perlu ada taman lagi yang di atasnya ada atap agar kami bisa terus bekerja saat hujan,” ucapnya.***