KILASBANDUNGNEWS.COM – Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan dengan peran penting di masyarakat. Tidak hanya bertugas sebagai pendamping persalinan, bidan juga memiliki tugas memberikan pelayanan kesehatan untuk ibu dan anak.
Demikian dikemukakan Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Arif Hidayat, dalam sebuah diskusi, Kamis (11/8/2022).
Oleh karena itu, kemampuan bidan terkait literasi gizi dan kesehatan keluarga harus senantiasa ditingkatkan. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan pasal 46 menjelaskan bahwa tugas bidan meliputi pelayanan kesehatan ibu dan anak, reproduksi perempuan, dan keluarga berencana.
“Bidan berperan penting dalam mencegah gizi buruk dan stunting,” kata Arif.
Sebagaimana diketahui, Indonesia saat ini masih dihadapkan dengan berbagai persoalan malnutrisi pada anak. Survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menyebutkan prevalensi stunting sebesar 24,4%.
Angka ini masih jauh dari angka prevalensi yang ditargetkan dalam RPJMN 2020-2024, yakni 14%. Sementara Riskesdas 2018, prevalensi obesitas pada balita sebanyak 3,8% dan obesitas usia 18 tahun ke atas sebesar 21,8%. Target angka obesitas di 2024 tetap sama 21,8%, upaya diarahkan untuk mempertahankan obesitas tidak naik.
Oleh karena itu, dalam rangka mendukung pencapaian target penurunan stunting, YAICI bersama Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jawa Barat memberikan pembekalan untuk meningkatkan literasi gizi bidan.
“Program edukasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan bidan dalam memberikan pelayanan untuk masyarakat, baik dalam bentuk edukasi gizi maupun membantu merubah perilaku dan kebiasaan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan bergizi,” tuturnya.
Arif Hidayat mengatakan, upaya-upaya pencegahan stunting berupa edukasi gizi yang menyasar langsung ke masyarakat perlu terus menerus di lakukan.
“Bidan adalah profesi yang dekat dengan masyarakat, sudah sepatutnya memberikan edukasi gizi yang tepat kepada masyarakat. Bidan sebagai tenaga kesehatan yang banyak membantu persalinan, tentu juga sangat dekat dengan masa 1000 HPK,” jelas Arif.
Lebih lanjut Arif berharap bidan dapat memberikan informasi-informasi yang tepat kepada para ibu.
“Memastikan pemenuhan kebutuhan gizi ibu saat hamil, memastikan inisiasi
menyusui dini, pemberian ASI hingga pada saat MPASI nanti,” ujar Arif.
“Disini juga penting, saat anak mulai dikenalkan dengan makanan lain selain ASI, bidan harus menginformasikan apa saja yang bolah dan tidak boleh. Jangan sampai bidan membiarkan masyarakat menambahkan susu jenis kental manis dalam menu MPASI, atau memberikan susu jenis kental manis sebagai minuman susu untuk balita,” imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Ketua I Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi Jawa Barat Nina Farida Ariyani mengatakan, melalui seluruh bidang di Jawa Barat, IBI selalu memberikan literasi kepada para orang tua akan pentingnya Air Susu Ibu (ASI) bagi anak-anak.
“Dari kebidanan mah titik aja satu, berikan ASI eksklusif, penhertiannya tidak memberikan apaoun selain Air Susu Ibu,” tegasnya.
“Dari mulai awal kehamilan kita edukasi, kemudian berikan informasi bahwa ASI itu pasti keluar, asal kitanya sering memberikannya. Dengan sering memberikannya dengan ASI, lama kelamaan rangsangan bayi menghisap itu merangsang untuk memproduksi ASI,” tuturnya. (prn)