KILASBANDUNGNEWS.COM – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka mulai memetakan potensi bencana di wilayahnya. Ada beberapa wilayah yang dinilai rawan bencana seperti pergerakan tanah, longsor, hingga banjir.
“Wilayah Kabupaten Majalengka rawan bencana pergerakan tanah dan longsor, termasuk juga banjir,” ungkap Kepala Pelaksana BPBD Majalengka Agus Permana, Kamis (7/11/2019).
Untuk bencana pergerakan tanah dan longsor, kerawanan terjadi di bagian selatan daerah berjuluk Kota Angin ini. Kontur alam bagian selatan Majalengka merupakan dataran tinggi dengan kemiringan lahan yang cukup curam.
“Untuk bencana banjir, rawan di wilayah utara Majalengka,” ujarnya.
Menghadapi bencana pergerakan tanah, BPBD Kabupaten Majalengka bersama Badan Geologi Bandung telah melakukan survei terhadap daerah-daerah yang dinilai rawan. Sejauh ini, setidaknya survei geolistrik telah dilakukan di lima titik yang sudah terpasang alat deteksi pergerakan tanah sebagai bahan evaluasi.
Kelima titik itu masing-masing di Desa Jerukleueut di Kecamatan Sindangwangi, Desa Cibeureum di Kecamatan Talaga, Desa Padarek di Kecamatan Lemahsugih, Desa Cimuncang di Kecamatan Malausma, dan Desa Sidamukti di Kecamatan Majalengka.
Dia menyebutkan, dua titik yang jadi sampel pengujian Ground Penetrating Radar (GPR) masing-masing di Padarek dan Sidamukti. “Selanjutnya kami menunggu hasil pengujian yang dilakukan Tim Badan Geologi Bandung,” tambahnya.
Di sisi lain, pihaknya telah pula menyosialisasikan dan melatih aparat desa dalam upaya penanganan bencana. Diharapkan, kala terjadi bencana, aparat desa sudah memahami langkah-langkahnya.
“Kami juga meminta mereka segera melapor saat terjadi bencana,” ungkapnya.
Menghadapi pancaroba dan penghujan yang akan segera datang, BPBD Kabupaten Kuningan telah mengeluarkan sejumlah imbauan. Masyarakat diminta membersihkan lingkungan, baik saluran drainase pemukiman maupun aliran sungai, dari sampah yang menghalangi gerak air dari hulu ke hilir.
Masyarakat juga diingatkan bila terjadi retakan tanah, segera menutupnya sebelum berisiko terjadi tanah lonsor. “Kalau durasi hujan melebihi tiga jam, semua wilayah yang berpontensi terjadi banjir dan longsor harus siaga atau ronda,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kuningan Agus Mauludin.
Tak hanya itu, warga pun diminta menentukan titik kumpul paling aman bila terjadi bencana. Tak kalah penting, seluruh potensi sumber daya manusia atau peran aktif masyarakat dalam membangun kesiapsiagaan banjir dan longsor, harus diaktifkan.
“Masyarakat juga harus segera melapor kepada pemerintahan terdekat atau ke BPBD Kabupaten Kuningan kalau menemukan indikasi kebencanaan di wilayahnya masing-masing,” tambahnya.
Selain imbauan, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan berbagai pihak. Di samping itu, BPBD Kuningan diketahui tengah menyusun laporan hasil identifikasi daerah potensi bencana di wilayah berjuluk Kota Kuda ini.***