KILASBANDUNGNEWS.COM – Dunia kini dibuat geger oleh penyakit cacar monyet. Kementerian Kesehatan RI menegaskan, hingga kini tak ditemukan penyakit cacar monyet imbas merebaknya di sejumlah negara. Namun, Kemenkes memaparkan urutan gejala awal hingga fase pasien paling infeksius. Seperti apa tahapannya?
Menurut juru bicara Kemenkes RI dr Mohammad Syahril, penyakit cacar monyet membutuhkan waktu masa inkubasi 6-18 hari. Namun pada beberapa kasus, inkubasi bisa membutuhkan waktu 21 hari. Selanjutnya, gejala awal yang muncul yakni demam disertai pembengkakan kelenjar getah bening.
“(Inkubasi) biasanya 6-18 hari, tapi ada juga yang sampai 21 hari. Ini yang perlu diketahui, gejalanya ada dua tahapan. Yang pertama gejala awal atau fase prodromal ini 1-3 hari. Tandanya pertama demam tinggi, jadi demamnya di atas 38 derajat, kemudian sakit kepala luar biasa,” terangnya dalam konferensi pers virtual ‘Kasus Hepatitis Akut dan Cacar Monyet di Indonesia’, Selasa (24/5/2022).
“Ini yang menjadi pembeda dengan cacar lain yaitu adanya pembengkakan atau pembesaran kelenjar getah bening di leher, di ketika, ke badan, ini di selangkangan bisa terjadi. Itu 1-3 hari setelah terinfeksi ya,” sambung Syahril.
Selanjutnya, pasien akan mengalami ruam-ruam. Syahril menjelaskan pada fase ini, pasien cacar monyet paling infeksius.
“Kalau berlanjut, disebut pasien erupsi. Ini paling infeksius atau paling menular, itu timbul ruam-ruam atau lesi, cacar begitulah di kulit terutama di muka. Dimulai dari muka, kemudian menyebar ke badan, dan juga ke tangan. Ini yang menjadi ciri khas cacar ini dan ini sangat infeksius. Diperlukan sampai tiga minggu,” bebernya.
Namun begitu menurut Syahril, ruam-ruam tersebut akan sembuh dengan sendirinya. Walaupun memang, pasien cacar monyet berusia lanjut dan pengidap komorbid memerlukan perhatian khusus jika terpapar virus cacar monyet.
“Ini bisa sembuh sendiri dengan ditandai rontoknya ruam-ruam tadi lesi-lesi tadi dan sebagian menimbulkan bekas seperti bopeng, tapi tadi sembuh sendiri. Tetapi walaupun sembuh sendiri, perlu kehati-hatian bagi orang dengan risiko tinggi. Contohnya usia lanjut, kemudian dengan komorbid,” pungkas Syahril. (Sumber : Detik.com)