Bandung – Sejak kunjungan Wali Kota Bandung ke Melbourne, Australia tahun 2018 lalu, Kota Bandung dan Melbourne menjalin hubungan yang cukup erat. Keduanya memiliki kesamaan karakteristik sehingga bisa saling berbagi pengalaman soal tata kota.
Soal smart city, misalnya, Bandung dan Melbourne sama-sama sedang mengembangkan kota cerdas. Tiap-tiap kota memiliki kelemahan dan kelebihan untuk bisa dipelajari.
Guna mempererat hubungan tersebut, Wali kota Melbourne, Lord Mayor Sally Capp datang langsung menemui Wakil Kota Bandung, Yana Mulyana di Balai Kota Bandung, Kamis (9/5/2019).
Pada kunjungan balasan itu, Sally Capp menunjukkan ketertarikannya untuk mempelajari sistem smart city di Kota Bandung. Hal itu akan diwujudkan dalam penandatanganan Letter of Intent dengan Pemerintah Kota Bandung.
“Saya melihat Bandung Command Center. Kita bisa menggunakan teknologi untuk mengoperasikan kota dan merencanakan masa depan kota,” ungkap Sally.
Banyak kabar yang ia terima tentang Kota Bandung, salah satunya tentang transformasi menjadi rumah yang nyaman, penuh inovasi, dan memiliki kualitas hidup yang baik.
“Ada banyak kesempatan yang bisa kita lakukan. Kami membahas tentang bagaimana menghadapi tantangan-tantangan perkotaan. Karena kita memiliki karakteristik yang hampir sama,” katanya.
Sebagaimana Melbourne, Kota Bandung juga dihuni oleh anak-anak muda yang bertalenta. Beberapa waktu lalu, Bandung dan Melbourne sama-sama menggagas kompetisi teknologi bertajuk Bandung Datathon 2019. Kompetisi itu menjadi ajang unjuk kebolehan warga Bandung untuk berinovasi dalam teknologi.
Bandung Datathon 2019 berkolaborasi pula dengan berbagai mitra, seperti ITB sebagai perwakilan lembaga akademik, The Greater Hub sebagai perwakilan dari Startup Incubation, Qlue dan Gojek dari sektor swasta. Hari ini, Wali Kota Capp juga akan berkesempatan bertemu dengan 10 besar pemenang Bandung Datathon 2019.
Selain soal smart city, kunjungan itu juga membahas tentang perbaikan sarana transportasi massal. Melbourne memiliki sistem angkutan menggunakan trem dan kereta yang telah berjalan dengan efektif.
“Kami juga memiliki program investasi sebesar 2,1 miliar dolar untuk membangun lima buah kereta bawah tanah. Dan kami sedang mengintegrasikan sistem transportasi untuk mobilitas warga,” jelasnya.
Sementara itu, Kota Bandung juga memanfaatkan kesempatan kemitraan ini untuk mempelajari tentang pengelolaan sampah. Pemkot Bandung amat serius menangani soal sampah ini sebagai langkah antisipatif menghadapi habisnya masa kontrak TPA Sarimukti dua tahun mendatang.
“Tantangan sampah ini semacam bom waktu bagi kami. Kalau kami tidak cepat, ada persoalan yang lebih besar siap menanti,” ujar Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana.
Melbourne cukup sukses menangani sampah. Di Melbourne, para pelaku industri kuliner di Jalan Degraves mengelola sampah makanannya masing-masing. Program ini sukses mentransformasi Jalan Degraves yang tadinya kotor dan berbau menjadi lebih bersih dengan pengurangan aliran limbah sebesar 66% dan pengurangan sampah makanan sebesar 68%.
“Ini yang mungkin akan kita tiru. Karena sampah Kota Bandung itu 60% adalah sampah organik,” imbuhnya.***