KILASBANDUNGNEWS.COM – Aksi pimpinan Asosiasi Kafe dan Restoran (AKAR) Jawa Barat memprotes PPKM darurat bikin heboh. Gan Bondillie alias Bond Bond melakukan aksi berdarah dengan melukai diri sendiri. Aksi itu dianggap sebuah pesan untuk pemerintah.
Bond Bond melakukan aksi nekat itu di depan Balaikota Bandung, Jalan Wastukencana, Kota Bandung pada Rabu (4/8/2021) siang. Akibat aksinya itu, ketua harian AKAR Jabar tersebut mendapatkan luka di bagian leher.
Bond Bond lantas dilarikan ke rumah sakit Hasan Sadikin Bandung. Beruntung nyawanya masih bisa tertolong dan tengah mendapat perawatan di rumah sakit.
Motif Bond Bond melakukan aksi nekat itu sejauh ini masih belum diketahui dan masih dalam penyelidikan polisi. Namun kuat dugaan aksi tersebut dilakukan imbas dari perpanjangan PPKM di Kota Bandung. Hal tersebut mengacu pada rekaman suara yang diduga merupakan suaranya.
“Mendengar keluhan teman-teman aja saya sudah tidak kuat. selaku pengurus saya mohon maaf jika selama ini saya kurang bisa memberikan sesuatu yang terbaik untuk teman-teman. Percayalah pengorbanan ini mungkin yang terbaik yang bisa kami lakukan selaku pengurus. Hatur nuhun semuanya,” kata suara lelaki diduga Bond Bond dalam rekaman tersebut, sebagaimana didengar detikcom, Kamis (5/8/2021).
Sementara itu Ketua PHRI Jabar Herman Muchtar mengatakan aksi nekat Bond Bond atas inisiatif sendiri. “Bahwa pada tanggal 4 Agustus 2021 pukul 13.00 WIB di Jalan Wastukencana depan Balai Kota Bandung, di luar sepengetahuan organisasi telah terjadi peristiwa melukai diri yang dilakukan salah seorang anggota atas nama Gan Bondilie,” ujar Herman. Organisasi AKAR berada di bawah naungan PHRI.
Banyak pihak yang buka suara atas aksi Bond Bond. Dokter Spesialis Kejiwaan RS Melinda 2 Bandung dr Teddy Hidayat menyatakan kemungkinan ada pesan-pesan yang ingin disampaikan Gand Bondillie lewat aksi percobaan bunuh diri yang dilakukannya di tempat umum.
“Kalau pasien ini mengalami kesulitan keuangan, restorannya tidak laku, terancam bangkrut, ada utang, depresi, murung, putus asa dia mengakhiri hidup tidak di tempat umum tapi di tempat tertutup yang tidak diketahui orang lain,” ujar Teddy lewat sambungan telepon, Rabu (4/8/2021).
“(Dengan melakukan aksi di depan umum), ada sesuatu pesan yang ingin disampaikan, bentuk ketidaksetujuan, agresivitas, melawan karena caranya tidak berani ke luar, kemudian diarahkan kepada diri sendiri,” tutur Teddy melanjutkan.
Sementara itu Pengamat Ekonomi dari Universitas Pasundan (Unpas) Acuviarta Kartabi melihat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) ini membuat para pelaku usaha di bidang perdagangan dan jasa terjepit. Pandemi yang berkepanjangan, dinilai Acu -sapaan Acuviarta- memberikan dampak psikologis kepada penjual dan pembeli.
“Saya kira kondisinya sudah sangat parah, karena inti dari usaha itu adalah transaksi. Tidak hanya karena PPKM Level 3 atau 4, tapi ini sudah satu tahun lebih, ini memberikan dampak psikologis kepada penjual dan pembeli,” kata Acu saat dihubungi, Kamis (5/8/2021).
Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar menilai aksi Bond Bond tak patut ditiru oleh masyarakat lain. “Jangan ditiru. Pahit-pahitnya kita lebih baik bertahan dalam penderitaan, tapi dalam suasana tawakal, sabar gitu. Itu meninggal pun syahid. Daripada sudah menahan penderitaan, terus bunuh diri ya udah nggak ada untungnya,” ucap Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar kepada wartawan, Kamis (5/8/2021).
Sementara itu, Pemkot Bandung meresponsnya dengan tetap membuka pintu untuk berkomunikasi dengan pengurus AKAR.
“Pada dasarnya, pemerintah kota siap berkomunikasi dengan siapa pun. Tapi maksudnya harus dipahami, kalau kita itu kan punya regulasi, apalagi PPKM level empat ini kan sifatnya Inmendagri,” ucap Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana kepada wartawan di Cicendo, Kota Bandung, Jumat (6/8/2021). (Sumber : news.detik.com)