Bandung – Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO) Afrika Tengah dan Afrika Barat merupakan daerah endemi Monkeypox yang ditularkan oleh hewan, terutama hewan pengerat yang mengandung virus Monkeypox.
Menurut Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Emmy Hermiyanti Pranggono, penularan Monkeypox ini terjadi melalui gigitan, cakaran, kontak langsung dengan darah, cairan tubuh atau lesi di kulit atau mukosa hewan dan makan daging yang tidak dimasak dengan baik.
“Penularan dari manusia ke manusia bisa dimungkinkan namun sangat terbatas, melalui sekret pernafasan atau lesi pada kulit,” ucap Emmy, dalam diskusi tentang Monkeypox di RSHS Bandung, Jumat (17/5/2019).
Emmy mengatakan, gejala Monkeypox ini mirip dengan smallpox (cacar) namun lebih ringan dengan masa inkubasi 5-21 hari dimana gejala yang timbul berupa demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot dan lemes.
“Ruam ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (markulopapula), lepuh berisi cairan bening (vesikel), lepuh berisi nanah (pastule), kemudian mengeras,” katanya.
Sementara itu, Spesialis Kulit dan Kelamin RSHS Bandung, Oki Suwarsa menyatakan, Monkeypox biasanya merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama 4-21 hari dan kasus ini sering terjadi pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien dan tingkat paparan komplikasi.
“Kasus kematian bervariasi tetapi kurang dari 10% kasus yang dilaporkan, sebagian besar diantaranya adalah anak-anak, kelompok usia muda lebih rentan terhadap penyakit monkeypox,” ujarnya.***
Rep: Suparno Hadisaputro