Bandung – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali menggelar acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan Jawa Barat Tahun 2019 dengan tema “Kolaborasi Membangun Optimisme Dan Akselerasi Pertumbuhan Berkelanjutan” bertempat di Gedung Sate Bandung, Senin (21/1/2019).
Seperti tahun-tahun sebelumnya, pertemuan dilakukan di awal tahun sebagai bentuk komunikasi OJK dengan stakeholder di daerah, guna memberikan gambaran kinerja industri jasa keuangan tahun 2018 dan arah kebijakan OJK di tahun 2019.
Dalam sambutannya, Kepala OJK Regional 2 Jawa Barat, Triana Gunawan mengatakan, kinerja industri jasa keuangan di Jawa Barat tergolong cukup banyak dari sisi jumlah maupun jenisnya, di sektor perbankan, pasar modal dan sektor industri keuangan non bank.
“Perbankan mengalami pertumbuhan positif, pertumbuhan aset 9,45 persen, dana pihak ketiga 5,60 persen dan kredit 9,37 persen serta fungsi intermediasi perbankan tergolong cukup optimal tercermin dari LDR yang berada pada level 93,66 persen dan rasio kredit bermasalah yang terjaga pada level 3,57 persen,” ucapnya.
Triana menyatakan, untuk kinerja perbankan syariah di Jabar mengalami pertumbuhan positif, tercermin dari pertumbuhan aset 5,17 persen, dana pihak ketiga 11,81 persen dan pembiayaan 9,87 persen, namun share perbankan syariah di Jabar tergolong kecil dibandingkan dengan total aset perbankan Jawa Barat.
‘Secara umum kecilnya share perbankan syariah disebabkan oleh masih terdapatnya kendala permodalan, SDM, teknologi, produk dan layanan yang belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat,” katanya.
Sementara untuk menyaluran KUR di Jabar menurut Triana, pada Desember 2018 tercatat sebesar 15.03 Triliun atau naik 20.82 persen dengan NPL yang sangat terjaga, dimana penyaluran KUR tercatat lebih banyak di sektor perdagangan dengan sebagian besar adalah debitur eksisting.
“Di tahun 2019, kami kembali mendorong perbankan agar penyaluran KUR lebih diarahkan pada sektor produktif dan menyasar ke debitur-debitur baru dan penyaluran kredit UMKM oleh perbankan Jabar mencapai 26,63 persen dari total kredit,” katanya.
Sementara untuk kinerja perusahaan pembiayaan di Jabar selama setahun terakhir mengalami pertumbuhan positif, tercermin dari piutang pembiayaan yang tumbuh 3,58 persen serta perbaikan risiko kredit bermasalah yang tercatat dikisaran 2,70 persen. Sementara dari sektor asuransi, dukungan tercermin dari pemberian perlindungan terhadap usaha tani padi, usaha ternak sapi dan nelayan mandiri.
Selanjutnya, kinerja pasar modal di Jawa Barat juga turut menunjukkan perkembangan yang positif tercermin dari peningkatan penetrasi pasar melalui investor individual yang saat ini tercatat mengalami peningkatan sebesar 51,01 persen, melebihi persentase peningkatan investor nasional.
“Jumlah transaksi juga mencatatkan pertumbuhan positif dengan peningkatan sebesar 19,08 persen atau tercatat sebesar Rp140,56 Triliun dengan porsi 7,7 persen dari total transaksi nasional,” pungkas Triana.***
Rep: Suparno Hadisaputro