KILASBANDUNGNEWS.COM – Masyarakat Aceh hari ini memperingati 15 tahun musibah gempa dan tsunami. Bencana alam itu memporak-porandakan Tanah Rencong.
Peristiwa pada 26 Desember 2004 silam itu bermula dari gempa magnitudo 9,3 yang terjadi sekitar pukul 07.59 WIB. Gempa yang dirasakan selama 10 menit berpusat di Samudra Hindia pada kedalaman sekitar 10 kilometer di dasar laut.
Berselang beberapa menit usai gempa mengguncang, warga tiba-tiba dikejutkan dengan kenaikan air laut. Kepanikan seketika terjadi. Masyarakat Serambi Mekah yang tinggal di pesisir atau berada di pinggir laut berusaha menyelamatkan diri.
Berdasarkan beberapa sumber, ketinggian tsunami kala itu mencapai 30 meter. Namun khusus di Lhoknga, Aceh Besar, air laut naik menyapu daratan setinggi sekitar 51 meter.
Ketika air laut surut, mayat-mayat tergeletak di antara puing-puing bangunan. Kondisi jenazah ada yang masih dapat dikenali namun kebanyakan sulit diketahui identitasnya.
Aceh berduka kala itu. Sekitar 170 ribu warga meninggal akibat peristiwa tersebut. Para relawan yang datang ke Tanah Rencong menguburkan jenazah secara massal seperti di Siron, Aceh Besar dan Ulee Lheue, Banda Aceh. Mayat yang dikebumikan di sana rata-rata tidak diketahui identitasnya.
Selain itu, gelombang laut tersebut juga menyeret Kapal PLTD Apung seberat 2.600 ton hingga ke tengah Kota Banda Aceh. Satu perahu nelayan juga berlabuh di atas sebuah rumah warga.
‘Perahu nabi Nuh’ tersebut kemudian dinaiki 56 orang untuk menyelamatkan diri. Mereka baru turun sore hari ketika air laut benar-benar surut dan kondisi aman.
Saat itu, pesisir ibu kota Provinsi Aceh hampir rata dengan tanah. Tidak banyak bangunan tersisa. Sementara di Peukan Bada, Aceh Besar, sebuah kubah masjid dibawa arus sejauh 2,5 kilometer.
Bangunan kubah itu berdiri tegak persis di tengah-tengah sawah tak jauh dari perbukitan. Tidak ada bangunan lain di bawahnya. Tujuh warga selamat di atas kubah masjid tua di Desa Lam Teungoh tersebut.
Pasca-gempa dan tsunami melanda, banyak negara membantu Aceh. Proses rekonstruksi dan rehabilitasi dilakukan pada tahun 2005-2009 untuk memulihkan kondisi Serambi Mekah.
Selama masa rehab-rekon, banyak rumah bantuan didirikan, termasuk berbagai infrastruktur serta fasilitas umum. Secara perlahan, masyarakat Tanah Rencong kembali bangkit. Warga mulai beraktivitas dan tidak trauma dengan air laut.
Untuk mengenang bencana dahsyat tersebut, dibangun Museum Tsunami Aceh yang terletak di kawasan Blang Padang, Banda Aceh pada 2009. Museum seluas 2.500 meter persegi itu didesain Ridwan Kamil yang kini jadi Gubernur Jawa Barat.
Sementara kapal PLTD Apung dan kapal di atas rumah dijadikan objek wisata tsunami. Selain itu, di Lapangan Padang, Banda Aceh juga dibikin monumen “thanks to the world”. Tugu ini sebagai ucapan terimakasih kepada negara-negara yang sudah membantu Serambi Mekah.
Di Banda Aceh juga dibuat beberapa gedung penyelamatan (escape building) serta dipasang sirine tsunami. Edukasi untuk masyarakat agar tanggap bencana terus dilakukan. Saban tahun, simulasi gempa dan tsunami digelar.
Kini, 15 tahun sudah bencana itu terjadi. Tanah Rencong sudah pulih dan kembali bangkit untuk mengejar ketertinggalan. Pada peringatan tsunami kali ini, Pemerintah Aceh mengusung tema ‘Melawan Lupa, Membangun Siaga’.
Pusat peringatan tsunami digelar di Pidie Convention Center, Kota Sigli, Pidie. Sejumlah agenda dibuat seperti zikir bersama, tausyiah hingga renungan tsunami.
Pemerintah Aceh juga sudah menetapkan 26 Desember sebagai hari libur resmi Aceh. Masyarakat diajak mengenang bencana yang meluluhlantakkan Serambi Mekah.
Pada saat bersamaan, gerhana matahari cincin juga menyapa Aceh. hari ini Masyarakat diminta tidak mengaitkan fenomena langka tersebut dengan musibah gempa dan tsunami.
“Kami mengimbau kepada masyarakat agar tidak mengkaitkan gerhana matahari dengan kematian, musibah atau hal buruk lainnya, karena gerhana gerhana matahari merupakan fenomena alam untuk menegaskan keagungan dan kebesaran Allah,” kata Kepala Kanwil Kemenag Aceh M Daud Pakeh kepada wartawan, Selasa (19/11/2019).
Daud mengimbau masyarakat saat gerhana terjadi agar memperbanyak istighfar, takbir, sedekah dan bentuk-bentuk ketaatan lainnya dalam rangka mengagungkan kebesaran Allah. Selain itu, warga juga diimbau melaksanakan salat sunah gerhana.***