KILASBANDUNGNEWS.COM – Warga Palembang, Sumatera Selatan kembali mengeluhkan kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang pekat hingga mengganggu pernafasan serta jarak pandang. Beberapa warga menganggap kondisi hari ini, Senin (14/10) adalah yang terparah dan sangat mengganggu.
Amelia, warga Kelurahan Bukit Sangkal, Kecamatan Kalidoni, mengaku terkejut ketika ke luar rumah sekitar pukul 06.30 WIB. Dia saat itu bermaksud mengantar anaknya.
Namun, Amelia mendapati kabut demikian pekat. Bahkan, dia merasa jarak pandang hanya 10 meter.
“Saya terkejut, kenapa gelap ini. Kemarin-kemarin ada kabut asap, tapi tidak separah hari ini,” tutur Amelia melansir Kantor Berita Antara, Senin (14/10).
Amelia lantas menunda keberangkatan. Dia ingin mengantar anaknya jika jarak pandang sudah lebih baik. Terlebih, pihak sekolah pun mengundur jadwal masuk dari pukul 07.00 menjadi pukul 08.00 WIB.
Keluhan akibat asap juga diungkapkan warga Palembang yang lain, Tina. Instruktur senam di sebuah tempat kebugaran ini menilai kondisi kabut asap sangat parah.
“Saya selalu ke luar rumah pukul 06.00 WIB karena ada jadwal senam, sempat terkejut juga karena jarak pandang hanya 10 meter. Sangat terasa, apalagi saya pakai sepeda motor,” kata dia.
Informasi yang diperoleh Antara, Dinas Pendidikan Kota Palembang meliburkan siswa untuk merespon kondisi hari ini.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumsel yang bersumber dari Satelit Lapan menyebut ada 732 titik panas pada Senin (14/10). Jumlah tersebut lebih banyak dibanding Jumat lalu (11/10) yang hanya 417 titik.
Titik panas terbanyak pada hari ini berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir, yakni 437 titik. Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Sumsel Ansori mengatakan pihaknya fokus melakukan pemadaman di wilayah tersebut.
“Kami selalu lakukan water bombing (pemadaman dari udara), setiap hari mengerahkan lima unit helikopter. Kebakaran di OKI ini memang sulit dipadamkan karena terjadi di kawasan gambut, dan akses darat yang terbatas. belum lagi jika terbakar, asapnya mengarah ke Palembang,” kata Ansori.
Pada Jumat lalu (11/10), BPBD Sumsel sudah mendatangkan satu helikopter tambahan dari Riau. Dengan demikian, mereka kini memiliki 10 helikopter yang bisa dikerahkan untuk memadamkan karhutla.
Bantuan tersebut, kata Ansori, dikirimkan karena lahan terbakar di Sumsel masih banyak, sedangkan Riau sudah mencabut status siaga darurat sejak awal Oktober.
“Riau dinilai sudah tidak banyak karhutla, status siaga darurat juga sudah dicabut di sana. BNPB menambahkan 1 helikopter dari Riau ke Sumsel. Hujan memang terjadi di Sumsel tapi sporadis dan kebanyakan bersifat lokal. Daerah yang terbakar malah tidak semua terdampak hujan,” kata Ansori, Jumat (11/10/2019).***