Bandung – Salah satu cara untuk menekan inflasi yaitu mendorong usaha sektor domestik. Sektor ini bergerak di bisnis dengan modal rupiah untuk mendapat rupiah.
“Itu salah satu cara agar kita bisa menekan menekan inflasi,” kata Pengamat Ekonomi Universitas Pasundan, Acuviarta Kartabi dalam Rapat Evaluasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Bandung di Hotel Fox Harris Convention Hall, Jalan Jawa Bandung, Rabu (4/7/2018).
Acuviarta mengungkapkan, jumlah ekspor dari Jawa barat memiliki nilai terbesar di Indonesia yaitu sebesar 17 persen. Tetapi. kebanyakan berupa barang belum jadi.
“Fenomenanya, kita banyak meminjam dengan modal dolar tetapi berbisnis untuk menghasilkan rupiah. Itu yang terjadi di peralatan elektronik. Dibuat di sini, kemudian diberi label di luar negeri dan kembali kita beli di sini,” ujarnya.
Menurutnya, pengendalian inflasi juga dapat dilakukan dengan penguatan 6 sektor. Keenamnya yaitu, sumber daya manusia, infrastruktur dan logistik, konektivitas, kelembagaan, tata niaga, teknologi.
“Salah satu hal mempengaruhi Inflasi tetapi belum dapat ditangani oleh kewilayahan adalah kebijakan moneter,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Kota Bandung, Lusi Lesminingwati mengungkapkan, inflasi bulanan Kota Bandung di 0,48 persen dan untuk Jabar 0,47 persen. Adapun inflasi nasional pada 0,59 persen.
“Inflasi Jabar yaitu 2,1 persen. Sedangkan nasional yaitu 1,9 persen. Tetapi inflasi Kota Bandung lebih tinggi lagi yaitu 2,24 persen pada Triwulan kedua ini,” papar Lusi.
Saat Ramadan lalu, Lusi mengakui, tren kenaikan harga sandang dan pangan serta jasa memang menjadi hal umum. Namun menurutnya, seharusnya hal tersebut tidak terjadi.
“Kenaikan harga saat puasa dan Idulfitri lalu seharusnya tidak terjadi karena mempengaruhi juga pada inflasi di Kota Bandung. Memang sempat turun tetapi juga ada kenaikan lagi. Ditambah kenaikan BBM yang menjadi tantangan yang harus dihadapi tim TPID,” jelas Lusi dalam rilis Pemerintah Kota Bandung, Rabu (4/7/2018).
Lebih lanjut Lusi mengatakan kinerja ekonomi makro di triwulan kedua ini juga sangat terpengaruh oleh menguatnya harga dolar AS terhadap rupiah.
“Sebenarnya kita punya daya beli dan uang tetapi kenapa inflasi terus meningkat? Ini pekerjaan kita sebagai TPID Kota Bandung,” ujarnya.***