KILASBANDUNGNEWS.COM – Musim kemarau membuat‎ permukaan aliran Sungai Citarum di perbatasan Kabupaten Bandung Barat-Cianjur, Jawa Barat, mengering.

Aktivitas warga yang bermukim di sepanjang bantaran sungai tersebut pun kena imbasnya.

Pada Minggu (19/9/2021), penyusutan Citarum tampak di perbatasan Desa Mandalawangi, Kecamatan Cipatat, KBB dan Desa Cihea, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur.

Melorotnya permukaan Citarum jelas pula terlihat dari Jembatan Rajamandala. Tepian sungai yang biasa tertutup air berubah menjadi tanah keras.

Area tersebut pun dimanfaatkan warga guna menanam sejumlah tanaman. Kekeringan terparah terlihat di sekitar Kampung Muhara, Desa Cihea yang berbatasan dengan Kampung Tagog, Desa Mandalawangi.

Di lokasi itu, tepian sungainya kering kerontang dengan menyisakan hanya sedikit genangan air.

Beberapa perahu dan rakit bambu juga kandas. Rifai (73), warga Tagog mengungkapkan, penyusutan atau kekeringan memang rutin terjadi di Citarum.

Tiap tahun kitu (Setiap tahun terjadi seperti itu),” ujar Rifai. Hal senada dikemukakan Aep (50), warga Muhara.

Menurutnya, penyusutan Citarum sudah terjadi sebulan. Jika musim hujan, tuturnya, ketinggian permukaan air bisa mencapai sekira 20 meter. Air bahkan merendam kawasan tepi sungai yang biasa ditanami warga.

Kini, aliran Citarum turun drastis. Di pinggiran Muhara umpamanya, air tersisa paling banter cuma semata kaki. Lumpur dasar sungai juga sudah ada yang berubah menjadi tanah keras. Aktivitas penambangan pasir warga juga ikut terganggu karena perahu-perahunya pengangkutnya kandas. “Abdi ngadamel pasir, bangkar (Saya sudah tak bisa menambang pasir),” tuturnya.

Karena tak mendapat penghasilan dari menambang, Aep memanfaatkan tanah tepian sungai dengan menanaminya jagung. Ia berharap, jagung-jagung tersebut bisa dijual untuk menyambung hidup.

Selain penambangan pasir, perahu-perahu pengangkutan yang kerap membawa para pemancing turut kena dampaknya karena sulit beroperasi.

Aep menuturkan, para pemancing biasanya menggunakan jasa perahu yang membawanya ke Leuwitereup dan Leuwijurig, kawasan hilir atau Bantarkalong di hulu Citarum. Ia menambahkan, melorotnya permukaan Citarum di kawasan Cihea dan Mandalawangi terjadi lantaran menyusutnya Waduk PLTA Saguling di musim kering.

Penyusutan Saguling membuat saluran air yang digelontorkan guna memutar turbin ada yang ditutup sehingga Citarum kehilangan pasokannya.

Pantauan “PR” beberapa waktu lalu di area genangan Saguling juga menunjukkan danau itu memang mengalami kekeringan.

Alur sungai kecil yang berada di wilayah Kota Baru Parahyangan, Padalarang dan tersambung dengan Saguling misalnya, tampak kerontang.  Padahal jika musim hujan, sungai-sungai kecil tersebut penuh air dari genangan Saguling yang meninggi.

Sebelumnya, kekeringan juga melanda Situ Ciburuy, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat mengalami penyusutan. Kondisi tersebut membuat aktivitas wisata dan olahraga air di situ tersebut terganggu.

Pantauan “PR” pada Rabu, 15 September 2021, tepian situ tampak melebar dengan permukaan air yang melorot. Pinggiran situ bahkan berubah  menjadi lapangan bermain bola di beberapa titik.

Dengan tiang gawang tertancap di pinggir air yang tampak cetek itu, sejumlah bocah asik bermain bola.

Pulau Situ Ciburuy yang berada di tengah danau itu pun kini bersatu dengan tepiannya menjadi padang rumput.  Melorotnya permukaan air membuat aktivitas wisata dan olahraga  air di Ciburuy terganggu. (Sumber : pikiran.rakyat.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.