Bandung – Tak ada yang bisa memungkiri jika kawasan Braga merupakan salah satu ikon Kota Bandung. Kawasan Braga telah menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Meski telah tersohor, kawasan Braga yang berada di Kecamatan Sumur Bandung terus dikembangkan agar para wisatawan bisa memperoleh hal yang baru.
Berlokasi di RW 5 dan RW 8, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung tengah menggarap distrik wisata. Camat Sumur Bandung, Sri Mayaningsih menyebutkan, penataan telah berlangsung sejak setahun terakhir. Mulai dari mulai sosialisasi hingga pembinaan kepada masyarakat.
“Warga cukup antusias, mereka bahkan membuat mural di wilayah masing-masing,” tutur Sri dalam Bandung Menjawab di Media Lounge Balai Kota Bandung, Selasa (9/7/2019).
Distrik wisata merupakan konsep pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Gagasan tersebut berorientasi pemberdayaan masyarakat melalui penguatan wisata tematik dengan memanfaatkan seluruh sumber daya masyarakat yang tersedia.
Potensi wisata seni dan budaya di Braga memang cukup beragam. Ada banyak pelaku seni hadir di sana, terutama seni lukis. Itu menjadi salah satu kekuatan kawasan ini.
“Wisata sejarahnya yang kita kembangkan. Jadi tematik. Di RW 8 ada banyak pelukis yang menjadi ciri khas Braga. Itu juga yang dikembangkan,” katanya.
Progres penataan kawasan Braga masih terus berlangsung dengan terus mengajak warga untuk berpartisipasi. Hingga suatu saat infrastruktur dan ekosistem wisata bisa terbangun dengan baik.
“Targetnya hingga tertata infrastruktur seperti drainase dan semacamnya, juga masyarakatnya,” imbuhnya.
Kecamatan Sumur Bandung bisa jadi salah satu kecamatan terpenting dan paling bersejarah di Kota Bandung. Pasalnya, kecamatan ini terletak di jantung kota dan menjadi rumah bagi gedung-gedung strategis di Kota Bandung. Sebut saja Balai Kota Bandung, Kodim 0618/BS, hingga Gedung Merdeka, kawasan Braga, dan Museum Asia Afrika.
Nama Sumur Bandung punya cerita historis. Sumur Bandung adalah nama mata air yang menjadi alasan mengapa pusat Kota Bandung terletak di lokasi saat ini. Sumur tersebut berlokasi di lantai dasar Gedung PLN Jalan Asia Afrika.
Konon, pada tahun 1930-an pendiri Kota Bandung Raden Adipati Wiranata Kusumah II menyusuri Sungai Cikapundung untuk mencari lokasi yang cocok untuk menjadi pusat kota. Ia lalu menancapkan tongkatnya. Saat tongkatnya dicabut, keluarlah air dari tanah. Sumber air itulah yang menjadi Sumur Bandung, sumur yang tidak pernah kering hingga saat ini, bahkan saat musim kemarau.***