HARI Kesaktian Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 Juni 2022 tahun ini masih dirasa hanya sekedar seremonial saja, nilai-nilai Pancasila pun dirasa kian luntur.
Terlebih gempuran teknologi yang tidak bisa dihindari, semisal melalui media sosial, warga Indonesia terkenal sebagai netizen terkompak dalam berkomentar pedas saat ada peristiwa viral atau mendunia. Hal itu dirasa melunturkan nilai nilai Pancasila.
“Menurut saya itu sudah melunturkan nilai nilai Pancasila. Seharusnya jangan yang negatifnya yang kompak tapi yang positif,” ucap Wakil Ketua II DPRD Kota Bandung Achmad Nugraha.
Bangsa Indonesia lanjut dia tidak gagap teknologi, bangsa ini sudah menerima teknologi dari manapun bahkan anak bangsanya telah juga menciptakan banyak teknologi.
Namun yang terpenting bagaimana masyarakat dan anak anak mudanya bisa menyampaikan nilai nilai Pancasila itu melalui medsos dalam teknologi yang dimilikinya.
“Jangan malah selalu jadi buzzer atau netizen yang selalu mengemborkan, menyampaikan kepada khalayak publik yang negatif, tapi justeru mampu membuktikan faham atau nilai Pancasila sebagai hal terpenting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk masa depan mereka juga,” ucapnya.
Politisi PDIP ini pun mengakui yang muncul saat ini adalah sikap individualisme, acuh tak acuh, apatis, cuek dengan hal terjadi disekitarnya. Padahal seharusnya sikap dalam nilai Pancasila yakni saling membantu, tolong menolong, gotong royong harusnya terus dilakukan meski teknologi canggih telah hadir.
“Sekarang ada medsos kenapa tidak dilakukan hal yang baik tentang nilai Pancasila. Tapi netizen kita malah pinter hal buruk, itu keluar koridor Pancasila, melunturkan Pancasila. Kecenderung menerima budaya luar akibatnya ada nilai yang rontok, luntur dari jiwa pemuda kita, ini bahaya saya berharap pemuda menumbuhkan kembali nilai Pancasila, menyayangi menguatkan akar budaya, tidak menerima budaya asing tanpa disaring kemudian berantem dengan saudara sendiri,” paparnya.
“Tidak juga merasa paling benar, pinter, beranggapan agama dia paling benar, padahal keluar dari nilai pancasila. Dengan menerapkan Pancasila, Indonesia akan lebih baik dan maju dari negara lain, negara lain pun rontok penguatan nasionalisme republiknya dan ekonominya, Indonesia pun bisa rontok makanya harus hati hati karena isme dan budaya asing itu lebih disukai anak muda kita,” tegasnya.
Karenanya peran aktif pemerintah pusat, kota atau kabupaten untuk mendorong kuat dan mengingatkan para pemudanya bahwa bangsa Indonesia memiliki ideologi yakni Pancasila.
Kata Achmad, Pancasila penting sehingga jangan sampai ada yang merongrong atau menghilangkan Pancasila dimuka bumi Indonesia ini. Anak anak muda di Indonesia harus mulai memahami dan mau mengaplikasikan nilai nilai tersebut.
“Nah hilangkan rasa individulisme tapi kembalikan lagi rasa kepedulian rasa kemanusian yang ada disini karena 5 butir Pancasila itu jadi satuan kesatuan yang kuat, kokoh tidak bisa dipisah pisahkan,” bebernya.
Achmad mengaku takut para pemuda saat ini seperti di universitas-universitas bukan menguatkan “Pancasila” melainkan sebaliknya.
“Bukan menuduh, jangan sampai mahasiswa luntur nilai pancasilanya karena terpapar oleh faham radikalisme faham yg akan merongrong nilai Pancasila mengganti Pancasila dengan ideologi lain. Hati hati ingatkan lagi kepada anak muda, anak muda lah yang kedepan akan menjaga Pancasila dengan pribadinya, dengan sikapnya, dengan integritas dia, dengan mencintai negeri ini, sehingga membuktikan bahwa Pancasila sebagai pemersatu bangsa,” tegasnya.
“Hati hati saya ingatkan kepada kaula muda penerus bangsa, karena kalian lah masa depan. Bangsa ini akan dipertaruhkan, dan Pancasila lah yang akan menjadi fondamen kalian berkehidupan untuk mencintai negeri tercinta ini, sehingga kalian bisa membuktikan akan saktinya Pancasila dimata Dunia,” pesan Ketua DPC PDIP Kota Bandung.
Sementara itu Ketua DPRD Kota Bandung, Tedy Rusmawan mengatakan, peringatan hari lahir Pancasila merupakan momentum kembali mengobarkan semangat Pancasila di tengah-tengah masyarakat.
“Untuk para orang tua dan sesepuh, kami himbau untuk mengaplikasikan kehidupan berpancasila di lingkungan keluarga minimal untuk agar bisa memberikan contoh kepada anak-anaknya,” ujar Tedy.
Tedy mengatakan, hal-hal yang bisa dilakukan di lingkungan keluarga diantaranya adalah beragama dengan baik. Sehingga anak-anak di rumah akan bisa mencontohnya.
Tedy juga berharap Pemkot Bandung melalui Kesbangpol dan Dinas Pendidikan bisa membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat dan khususnya kepada generasi muda.
Disinggung mengenai kurikulum di sekolah terkait kependidikan, Tedy mengatakan kurikulum pastinya sudah dipertimbangkan diengan baik.
“Hanya tinggal penyampaian nya saja. Harus dengan metode yang disesuaikan dengan karakteristik anak jaman sekarang,” tuturnya.
Menurut Tedy, generasi muda jaman sekarang, sangat terbuka dan bisa menerima informasi dengan mudah. Untuk menyampaikan informasi akan lebih mudah diserap jika dengan cara diskusi dan dialog.
“Kita harus menggali sampai sejauh mana pemahaman mereka tentang Pancasila,” jelasnya.
Karenanya, jika ada yang kurang dari pemahaman generasi muda tentang Pancasila, Tedy mengatakan itu tidaklah sepenuhnya salah mereka. Namun terpenting bagi harus mencari terobosan agar anak muda bisa lebih paham Pancasila.
Sedangkan menurut Wakil Ketua I DPRD Kota Bandung Ade Supriyadi, peringatan hari lahir Pancasila dimaknai dengan bangkitnya bangsa Indonesia dari keterpurukan. Semangat Pancasila harus mampu mempersatukan Indonesia dan melakukan pembangunan di berbagai sektor.
“Sebagai dasar negara Pancasila seharusnya bisa dijadikan pedoman kita dalam berkehidupan sampai melakukan pembangunan, baik dari segi fisik dan mental,” ujar Ade.
Di sisi lain, pemerintah harus mampu menanamkan semangat Pancasila pada diri generasi muda, sehingga mereka tidak kehilangan arah dan jatidiri.
Ade mengakui, ada nilai-nilai Pancasila yang perlahan-lahan mulai tergerus di kalangan anak muda. Contohnya adalah generasi muda yang mulai melupakan norma agama, sopan santun dan hidup yang mulai individual.”Jangan sampai arus modernisasi membuat generasi muda kehilangan jati diri. Misalnya dengan hidup yang individualistis,” tuturnya.
Karenanya, Ade mengatakan itu sudah menjadi tugas pemerintah untuk mengembalikan semangat dan nilai-nilai Pancasila di tengah masyarakat.
“Kita harus bersama-sama membiasakan diri kembali melakukan kebiasaan yang sudah lama hilang di tengah masyarakat. Misalnya sistem siskamling, yang sekarang banyak digantikan oleh satpam. Padahal dengan siskamling selain bisa menjaga keamanan, juga bisa menjalin silaturahim,” papar Ade.
Perkembangan anak-anak juga harus diperhatikan. Ade mengingatkan, jangan sampai arus informasi membuat mereka tau banyak hal, sehingga mereka merasa lebih pintar dari orang tua dan mereka merasa berhak untuk tidak sopan.
“Jangan pernah lupakan nilai -nilai kesopanan dan agama,” pungkasnya. (ADVERTORIAL/EVY)