KILASBANDUNGNEWS.COM – Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman menyampaikan apresiasi kepada media yang berperan aktif dalam merumuskan solusi kreatif untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi Jabar.
Hal ini disampaikannya seusai acara Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025 dengan tema “Elevating Productivity, Driving West Java’s Economic Acceleration” di Savoy Homann Hotel, Kota Bandung, Selasa (10/12/2024).
“Saya bangga media mengambil peran strategis dalam merumuskan solusi kreatif untuk pertumbuhan ekonomi Jawa Barat 2025,” ucap Herman.
Herman menjelaskan bahwa strategi pembangunan Jawa Barat pada 2025-2029 akan merujuk pada skenario Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), dengan target mencapai kemiskinan ekstrem 0 persen pada 2026 dan pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029.
“Simulasi kami menunjukkan bahwa 2025 adalah tahun kritis untuk menuju 0 persen kemiskinan ekstrem. Saat ini, angka tersebut berada di 0,79 persen,” terangnya.
Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi, Pemdaprov Jabar menargetkan mencapai 5,84 persen pada tahun 2025.
“Itu berat, tapi inovasi seperti forum ini akan sangat membantu,” ujarnya.
Herman juga menyoroti pentingnya menjaga tingkat konsumsi masyarakat, meningkatkan ekspor, dan memastikan keseimbangan neraca perdagangan.
“Tingkat konsumsi yang harus kita jaga. Jangan sampai tingkat konsumsi masyarakat turun yang memantik kemiskinan. Konsumsi harus bagus, makan tiga kali mesti bergizi. Sekarang ada program makan siang bergizi itu akan membantu tingkat konsumsi,” ungkapnya.
Optimisme Herman juga didukung oleh rencana peluncuran program percontohan penanganan kemiskinan ekstrem perkotaan di kawasan Bandung Raya.
Sebanyak 100 keluarga miskin akan diberikan pelatihan, pendampingan, akses permodalan, dan fasilitas hunian yang layak seperti rusunawa di Rancaekek dan Solokan Jeruk, Kabupaten Bandung.
Program tersebut melibatkan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melalui skema kolaborasi.
“Dengan rekayasa sosial dan digital yang masif, saya yakin Jabar dapat tumbuh progresif dan inklusif. Semua pihak harus bergerak, dari desa hingga kota dengan semangat bahu-membahu,” pungkas Herman.
Sementara itu, Kepala DPMPTSP Jabar Nining Yuliastiani mengatakan perkembangan dinamika global sangat berkaitan dan berpengaruh pada perekonomian dan investasi di Indonesia.
“Beberapa dinamika global akan menjadi tantangan dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi dan investasi. Tensi geopolitik berdampak pada gangguan rantai pasok, peningkatan harga komoditas, dan peningkatan kembali inflasi global. Tekanan suku bunga tinggi berkepanjangan berisiko menekan investasi dan perekonomian seiring dengan tingginya cost of borrowing,” tuturnya.
Nining juga melihat pelemahan ekonomi dan permintaan global terutama negara mitra dagang Indonesia, berisiko mempengaruhi penurunan aktivitas produksi Indonesia seiring penurunan ekspor dan impor Indonesia terhadap negara mitra dagang.
“Institusi Internasional memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di range 4-5%. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8%, maka Provinsi Jabar harus menargetkan pertumbuhan ekonominya sebesar 7,5 %. Diperlukan extraordinary effort untuk mencapai target tersebut,” paparnya.
Menurut Nining, berdasarkan hasil simulasi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 7,5% diperlukan extraordinary effort terutama pada 3 komponen utama PDRB yaitu konsumsi, investasi, dan ekspor.
“Dengan share sebesar 23,3% pada PDRB Jabar, PMTB [pembentukan modal tetap bruto] merupakan sektor kedua dengan kontribusi terbesar dan diharapkan menjadi pengungkit dalam pencapaian target tersebut,” ujarnya.
Nining menilai, 2025, perlunya mempelajari keterkaitan backward dan forward linkage untuk mengidentifikasi kekuatan hubungan suatu sektor dengan sektor lainnya, sehingga dapat menganalisis sektor-sektor unggulan (leading sector)
Nining juga melansir berdasarkan proyeksi BKPM dibutuhkan total realisasi investasi PMA dan PMDN sebesar Rp13.530 Triliun selama periode Tahun 2024-2029. Dan untuk mencapai target tersebut diperkirakan realisasi investasi Nasional dan Jabar perlu didorong dengan rata-rata pertumbuhan 16,75% per tahun selama periode tersebut.
“Dalam strategi meningkatkan kualitas iklim usaha dan investasi daerah Jabar akan mengambil langkah melakukan transformasi struktural dari konsumsi ke produksi,” pungkasrnya. (PARNO)