Bandung – Pengamat Transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ade Sjafruddin, mengatakan peningkatan sistem transportasi di wilayah Bandung Selatan perlu ditempatkan pada kerangka integrasi pengembangan sistem transportasi berkelanjutan secara menyeluruh.
“Langkah-langkah pembangunan sistem transportasi berkelanjutan perlu diwujudkan dengan penyusunan kebijakan yang tepat dari isi regulasi, standar operasi, pemilihan teknologi yang efisien dan peningkatan persepsi dan partisipasi publik melalui kerangkan perencanaan terpadu,” ucapnya.
Menurut Ade, pihaknya mendorong pemerintah daerah untuk mengintegrasikan sarana angkutan umum yang ada seperti yang tertera pada pengembangan jaringan transportasi di kawasan Metropolitan Bandung.
“Operasionalisasi transportasi harus disesuaikan dengan paradigma abad 21, yakni melalui pemanfaatan teknologi,” jelas Ade, dalam Forum Diskusi bertema “Solusi Kemacetan sebagai Antisipasi Pertumbuhan Ekonomi dan Kota ke Bandung Selatan,” di Hotel Harris, Jumat (22/6/2018).
Ade menambahkan, melihat dari terus bertambahnya jumlah penduduk, transportasi masal berbasis rel dinilai lebih baik karena dapat menampung jumlah penumpang lebih banyak sehingga dapat menjadi “tulang punggung” transportasi.
“Reaktivasi jalur kereta dari Bandung-Ciwidey saya kira perlu dilakukan, mengingat kapatisan angkut kereta cukup besar dan lebih efisien,” ucapnya.
Sementara itu, Asistant Vice President Agung Podomoro Land, Agung Wirajaya, menyambut baik rencana pemerintah daerah mengatasi berbagai persoalan, khususnya masalah kemacetan, transportasi serta pembangunan infrastruktur di wilayah Bandung Selatan.
“Sebagai pelaku usaha, kami mengapresiasi kebijakan pemerintah daerah yang dapat mendorong iklim usaha lebih baik, perbaikan infrastruktur dan kemudahan regulasi telah menarik banyak kalangan dunia usaha menanamkan investasi di daerah itu,” katanya.***
Suparno Hadisaputro/ LPS PRSSNI Bandung