KILASBANDUNGNEWS.COM – Selama pandemi covid-19 semua sektor ekonomi terdampak. Salah satunya Bolu Susu Lembang (BSL) dari normal omset penjualan perharinya mengalami penurunan sekitar 65%.
“Selama kota Bandung dibatasi bahkan banyak penyekatan kita ikut turun. Beruntung 9 toko di Kota dan Kabupaten Bandung kita tidak ada yang tutup,” ucap General Manager BSL Yudha Pratama usai melaunching produk barunya Surabiyaki.
Namun setelah PPKM level 3 ini kata Yudha, omset penjulan pun kembali naik.
“Wisatawan sudah mulai masuk lagi, snacking juga banyak order melalui online,” tuturnya seraya mengatakan hari ini sudah 800 box terjual.
Soal Surabiyaki sendiri diakui Yudha, selain berinovasi, BSL pun berupaya melestarikan makanan lokal yakni surabi yang kini mulai dilupakan orang terutama anak anak milenial.
Surabiyaki ini kata dia berbeda dengan surabi lokal. Surabi BSL memiliki saus rasa cokelat dan durian sedang surabi lokal dari gula atau kinca.
“Sausnya coklet asli dari Belgia dan durian asli, kita ingin angkat makanan tradisional surabi, karena penggemar kita banyak anak milenial kita berharap mereka pun terus melestarikan makanan khas lokal ini. Anak milenial tidak kenal surabi makanya dipadukan produk ini,” pungkas Yudha.
Untuk 1 box Surabiyaki lanjut dia berisi isi 6 pcs Surabiyaki dua rangkap dan 6 sausnya.
Disinggung bentuknya sendiri bulat mirip dorayaki (kudapan khas Jepang, Red), Yudha membenarkannya hanya saja untuk dorayaki sebetulnya bahan dasar tidak ada saus.
“Ini kita modifikasi, ini tidak gurih. Selama ini yang masih menjadi favorit BSL original dan vanila,” pungkasnya.
Yudha menyebut Surabiyaki BSL ini sudah ada izin halal dan PIRT, sehingga konsumen tidak perlu khawatir. Selain itu BSL awet hingga 10 hari dalam suhu 25 derajat celsius dan 4 hari untuk suhu ruang.
Sedangkan harga jualnya, untuk promo sampai 30 September ini beli 2 box Surabiyaki seharga Rp50.000. (EVY)