KILASBANDUNGNEWS.COM – Memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang jatuh setiap 21 Februari, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung napak tilas ke bekas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Kota Cimahi dan ke TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat pada Rabu (19/2/2020).
Sekitar 200 peserta yang terdiri dari aktivis lingkungan, pegiat Kawasan Bebas Sampah (KBS), komunitas peduli sampah serta perwakilan aparatur dan warga di setiap kecamatan mengikuti napak tilas ini.
Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana memimpin langsung acara napak tilas ini. Ia menegaskan, acara kunjungan ke TPA ini menjadi bagain dari upaya Pemkot Bandung dalam rangka menggugah kesadaran masyarakat agar mengurangi produksi sampahnya sejak dari hulu.
“Temen-temen saya juga ajak warga ke sini untuk memperingati. Mudah-mudahan jangan sampai terulang. Bahwa memang metod kumpul angkut buang sudah tidak layak di Kota Bandung,” ucap Yana di TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (19/2/2020).
Tujuan pertama, para peserta dibawa ke TPA Sarimukti. Mereka masuk hingga ke dalam area pengolahan dan pemilahan sampah. Peserta secara langsung menyaksikan sampah sudah menggunung bersaing dengan bukit hutan jati di sebelahnya.
Di sana, Yana mempresentasikan bahwa penanganan sampah tidak lantas selesai dengan hanya dibuang saja. Namun, ia menyerukan agar masyarakat bisa mengelola sampah secara mandiri. Di antaranya melalui gerakan Kurangi Pisahkan dan Manfaatkan (Kang Pisman) yang kini terus digalakkan oleh Pemkot Bandung.
“Bagaimana di Kota Bandung sampah itu harus kita selesaikan di rumah kita masing-masing. Metodenya sudah cukup banyak. Silahkan diadopsi mana yang cocok,” pintanya.
Di TPA Sarimukti masih banyak orang yang justru mengais rejeki dari tumpukan sampah. Hal itu menjadi bukti bahwa sampah yang sudah dibuang saja masih memiliki nilai ekonomi.
Oleh karenanya, Yana mengajak masyarakat Kota Bandung untuk mengubah sudut pandangnya dalam mengelola sampah. Selain menjaga kebersihan di lingkungan rumah sendiri, justru memiliki nilai ekonomi. Terlebih jika sudah dipilah sejak dari sumbernya.
“Bagaimana sekarang kita merubah kultur atau budaya memperlakukan sampah. Sampah itu kalau kita lihat di sini (TPA Sarimukti) tidak menjijikan karena cukup banyak orang yang datang ke tengah tumpukan. Ada potensi ekonomi di sana. Memang mengubah paradigma bahwa sampah itu bukan sesuatu yang menjijikan dan bisa kita olah memang itu butuh proses,” bebernya.
Sambil membagikan soal pengelolaan sampah, Yana juga mengingatkan mengingatkan bahwa secanggih dan seluas apa pun TPA yang ada saat ini tetap mempunyai batas daya tampung. Namun, justru di lain sisi populasi manusia justru bertambah.
“Sekitar 30-40 persen sampah kota bandung kita lihat punya nilai ekonomis itu bisa ke bank sampah atau di daur ulang. Sisanya, sekitar 60 persen ini harus kita proses dengan berbagai metode,” ungkapnya.
Sementara itu, staf Pengolahan Sampah Terpadu Regional (PSTR) Jawa Barat, Dani Prianto Hadi mengaku sudah mengantongi izin untuk perpanjangan penggunaan sekaligus perluasan lahan di TPA Sarimukti.
“Kebutuhan sebenarnya sampai 2023 tapi izin perpanjangannya sampai 2025. IPPKH (Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan) sudah keluar dari KLHK dengan luasan 21,5 hektar. Tapi diperkirakan 2023, kita pindah ke Legok Nangka,” jelas Dani.
Namun, Dani menyatakan untuk saat ini pengolahan TPA Sarimukti sudah melebihi daya tampung. Setiap harinya TPA Sarimukti kelebihan kapasitas hingga 800 ton sampah yang berasal dari wilayah Bandung Raya.
“Sarimukti sebenarnya darurat, saat 2005 ada bencana sampah. Sarimukti hanya direncanakan untuk beban sampah 1.200 ton per hari. Tapi karena ada perkembangan jumlah penduduk dan jumlah sampah yang masuk ke sini juga bertambah sekarang faktualnya ada 2.000 ton sampah per hari,” terangnya.
Oleh karenanya, Pemprov Jabar terus menggenjot pembangunan TPA Legok Nangka. Sehingga, pengolahan sampah di wilayah Bandung Raya bisa semakin ringan dan tertangani dengan baik.
“Kalau 2023 Legok Nangka itu sudah bisa menampung sampah dari Bandung Raya. Lalu ini (TPA Sarimukti) ditata ulang. Nanti untuk area pembuangan sampah di wilayah barat. Nanti ada dua wilayah zona timur ke Legok Nangka dan zona barat itu ke Sarimukti,” katanya.
Setelah dari TPA Sarimukti, peserta kemudian bergerak ke Leuwigajah untuk napak tilas ke eks-TPA yang kini sudah berubah menjadi kebun pisang dan singkong. Sebelumnya, di lokasi tersebutlah bencana longsor sampah terjadi pada 2005 silam hingga merenggut korban jiwa sebanyak 157 orang. Peristiwa yang terjadi pada 21 Februari itu pun lantas menjadi momentum diabadikan menjadi peringatan Hari Peduli Sampah Nasional. (rls)